langkah catur Jokowi pasca aksi damai 411, ngrangkul ben ora ketungkul
Jokowo utawa Joko Widodo, siapa lagi kalau bukan
presiden kita. Falsafah kejawen sangat mendominasi pola pikir, gaya ucap/tawa,
dan laku tindaknya. Saya tidak tahu apakah Jokowi jika ibarat main catur, akan
memerankan atau memainkan dirinya pada posisi raja. Ataukah di papan catur,
kedudukan Jokowi bukan sebagai raja. Seperti kapan bajaj mau belok, berhenti.
Adegan, atraksi, acara politik yang dibawakannya
saat menghadapi aksi damai bela Islam, jum’at 4 November 2016, memang sudah
sesuai pakem, primbon yang menjadi andalan Jokowi. Jadi kalau mau komentar,
pakai gaya yang sama dengan Jokowi. Kalau tidak, tidak aka nada titik temunya. Ora nyambung.
Sengaja saya tidak menjabarkan maupun menjatimkan
apa itu ngrangkul ben ora
ketungkul. Kamus
bahasa yang tersedia sudah mengartikan dengan jelas. Ahli bahasa Jawa akan mengartikannya
sesuai versinya. Maknanya bisa bias, ganda atau bahkan multitafsir. Tidak bisa
diurai kata per kata.
Untung saya tidak menyimak berita di media massa
tentang apa saja yang telah dilakukan Jokowi pra, saat dan pasca aksi damai
tersebut. Terkhusus pasca aksi damai, tindakan Jokowi tidak masuk atau tidak
ada di kamus politik. Tepatnya, inilah akal politik wong Jawa. Apalagi selama
ini Jokowi akrab menerapkan ajaran Jawa.
Jadi, justru pola langkah akal politik Jokowi sebagai
modul, akan bisa ditebak langkahnya sampai akhir periode 2014-2019. Jokowi
sadar betul jika saat ini sedang mati langkah atau takut dengan baying-bayang
langkah berikutnya. Terlihat Jokowi sedang merasa terasing di tengah hiruk-pikuk
politik lokal. [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar