Kompetensi dan Produktivitas Tenaga Kerja Indonesia Berbanding Terbalik
Minat Investor
Dari 7,56 juta total
pengangguran terbuka, 20,76% berpendidikan SMK, angka tersebut jauh lebih
tinggi dari pengangguran lulusan SMA 6,95%, SMP 5,76%, dan bahkan SD 3,44% (data
BPS, 2015). Pada tahun 2010 tingkat pengangguran usia 15-19 tahun berada pada
level 23,23%. Kemudian meningkat menjadi 31,12% di akhir tahun 2015. Indonesia harus
mampu membalik piramida kualifikasi tenaga kerja yang saat ini mayoritas masih berpendidikan SD
dan SMP menjadi tenaga kerja yang terdidik dan terampil.
Berdasarkan angka di atas, dapat disimpulkan Indonesia menjadi negara yang
perekonomiannya memiliki kelebihan tenaga kerja (labor surplus economic). Artinya, pertumbuhan ekonomi tidak berbanding
lurus dengan pengatasan maupun pengentasan pengangguran dan kemiskinan. Disinyalir,
masalah perekonomian tidak sekadar seputar pengangguran dan kesempatan kerja,
tapi juga kompetensi dan produktivitas SDM (sumber daya manusia) yang dinilai
kurang dapat bersaing.
Masalah ketenagakerjaan terkait erat dengan penciptaan kesempatan iklim
usaha, wujud negara stabil, dukungan kebijakan, baik tingkat lokal maupun
nasional. Kondisi ini dapat menjadi faktor penentu proses produksi barang dan
jasa, termasuk suplai dan distribusi. Tak kalah pentingnya kualifikasi tenaga
kerja Indnesia berbanding terbalik dengan minat investor untuk menanamkan modal di
Indonesia.
Artinya jika SDM atau tenaga kerja Indonesia mempunyai daya saing di atas
rata-rata negara ASEAN, dipastikan
investor mancanegara enggan buka praktik di Indonesia. Investor asing pada
umumnya juga aka menyertakan penduduknya sebagai TKA. [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar