Halaman

Rabu, 09 November 2016

Kompetensi dan Produktivitas Tenaga Kerja Indonesia Berbanding Terbalik Minat Investor



Kompetensi dan Produktivitas Tenaga Kerja Indonesia Berbanding Terbalik Minat Investor

Dari 7,56 juta total pengangguran terbuka, 20,76% berpendidikan SMK, angka tersebut jauh lebih tinggi dari pengangguran lulusan SMA 6,95%, SMP 5,76%, dan bahkan SD 3,44% (data BPS, 2015). Pada tahun 2010 tingkat pengangguran usia 15-19 tahun berada pada level 23,23%. Kemudian meningkat menjadi 31,12% di akhir tahun 2015. Indonesia harus mampu membalik piramida kualifikasi tenaga kerja yang saat ini mayoritas masih berpendidikan SD dan SMP menjadi tenaga kerja yang terdidik dan terampil.

Berdasarkan angka di atas, dapat disimpulkan Indonesia menjadi negara yang perekonomiannya memiliki kelebihan tenaga kerja (labor surplus economic). Artinya, pertumbuhan ekonomi tidak berbanding lurus dengan pengatasan maupun pengentasan pengangguran dan kemiskinan. Disinyalir, masalah perekonomian tidak sekadar seputar pengangguran dan kesempatan kerja, tapi juga kompetensi dan produktivitas SDM (sumber daya manusia) yang dinilai kurang dapat bersaing.

Masalah ketenagakerjaan terkait erat dengan penciptaan kesempatan iklim usaha, wujud negara stabil, dukungan kebijakan, baik tingkat lokal maupun nasional. Kondisi ini dapat menjadi faktor penentu proses produksi barang dan jasa, termasuk suplai dan distribusi. Tak kalah pentingnya kualifikasi tenaga kerja Indnesia berbanding terbalik dengan  minat investor untuk menanamkan modal di Indonesia.

Artinya jika SDM atau tenaga kerja Indonesia mempunyai daya saing di atas rata-rata negara ASEAN, dipastikan investor mancanegara enggan buka praktik di Indonesia. Investor asing pada umumnya juga aka menyertakan penduduknya sebagai TKA. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar