Halaman

Rabu, 23 November 2016

pasukan perdamaian dalam negeri RI vs utang luar negeri RI



pasukan perdamaian dalam negeri RI vs utang luar negeri RI

Kebijakan SBY dengan predikat mantan baju hijau, saat jadi presiden ke-6 RI, sewaktu menyikapi kondisi keamanan dalam negeri dimungkinkan tidak sama dengan praktik langkah catur presiden ke-7 RI dengan baju putihnya.

Kembali kesejarah zaman Orde Lama, ingat presiden pertama RI : Dalam pidatoku, "Sekali Merdeka tetap Merdeka"! Kucetus semboyan: "Kita cinta damai, tetapi kita lebih cinta KEMERDEKAAN".[Pidato HUT Proklamasi, 1946]

Jepang, sebagai negara korban bom atom Amerika Serikat untuk mengakhiri PD II, bisa bangkit dengan pasukan bela diri. Mereka mempraktikkan ucapan Bung Karno tersebut di atas. Teknologi Jepang dialihkan dari saat itu memproduksi mesin perang, menjadi yang dominan ke produk otomotif. Terbukti di jalanan Indonesia, motor dan mobil produk negara ‘Saudara Tua’ menjelajahi jalan-jalan sampai ke gang senggol.

Doktrin pertahanan dan keamanan Indonesia, dipengaruhi posisi geografis serta kebijakan utang luar negeri. Jaréné mbilung, mbok dé. Ojo melu linglung mbah.

Konon, dari berbagai sumber berita yang masih dipercaya. Karena saat itu masih belum terkontaminasi bahasa politik yang mengutamakan, mengedepankan jurus jilat sekaligus jurus hujat. Ki dalang Sobopawon berhasil menghimpun fakta pencerahan : Bangsa Indonesia tidak memiliki misi ekspansi dalam konsep geopolitiknya.

Indonesia memiliki karakteristik cinta damai dan cinta kemerdekaan anti-ekspansi yang artinya misi pertahanannya adalah untuk menjaga dan mempertahankan keutuhan dan kesatuan wilayah Indonesia.

Karena karakteristik cinta damai dan cinta kemerdekaan yang dianut bangsa Indonesia, maka terdapat strategi yang harus dilakukan bangsa Indonesia jika terjadi perang, yaitu ‘sedia payung sebelum hujan’. Artinya bangsa Indonesia haruslah mempersiapkan diri jauh sebelum perang terjadi. Persiapan diri ini dapat dilakukan dengan memberikan pengertian dan pembekalan secara dini kepada anak-anak bangsa tentang kewajiban mereka sebagai warga negara Indonesia yang wajib ikut serta dalam upaya pertahanan Indonesia juga pengembangan Indonesia.

Doktrin pertahanan yang dipegang oleh bangsa Indonesia sampai saat ini ialah strategi ‘sedia payung sebelum hujan’, karena hal ini dianggap paling sesuai dengan karakteristik bangsa Indonesia yang cinta damai dan cinta kemerdekaan.

Jadi, tak salah kawan, tatkala presiden ke-7 RI mengantisipasi aksi bela Islam, mempraktikkan strategi ‘sedia pentung sebelum huru-hara’. Jangan dikiaskan ‘perbanyak utang luar negeri sebelum jatuh tempo masa jabatan’.

Memangnya presiden tidak bisa mengambil langkah kebijakan berupa …. Untuk mencari ujaran yang cespleng, ki dalang Sobopawon terpaksa membuka primbon, diketemukan uraian :

Pengendalian sosial berdasarkan sifat dibagi menjadi dua, yaitu Preventif dan Represif.

§  Preventif, merupakan suatu pengendalian sosial yang dilakukan untuk mencegah kejadian yang belum terjadi. Atau merupakan suatu usaha yang dilakukan sebelum terjadinya suatu pelanggaran.
§  Represif, merupakan suatu pengendalian sosial yang dilakukan setelah terjadinya suatu pelanggaran. Atau, merupakan usaha-usaha yang dilakukan setelah pelanggaran terjadi.

Pengendalian sosial berdasarkan proses, dibagi menjadi dua, yaitu Persuasif  dan Koersif.

§  Persuasif, merupakan bentuk pengendalian sosial yang bersifat untuk membujuk atau mengarahkan masyarakat agar taat dan patuh terhadap nilai dan norma yang telah ditetapkan. Atau dalam arti lain, menggunakan pendekatan atau sosialisasi.
§  Koersif, merupakan bentuk pengendalian sosial yang bersifat kekerasan. Atau dalam arti lain, pengendalian sosial ini bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan dengan cara kekerasan atau tindakan anarkis.

Jadilah, rakyat bersabar menunggu tanggal mainnya. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar