pasukan perdamaian dalam negeri RI vs utang luar
negeri RI
Kebijakan SBY dengan predikat mantan baju hijau,
saat jadi presiden ke-6 RI, sewaktu menyikapi kondisi keamanan dalam negeri
dimungkinkan tidak sama dengan praktik langkah catur presiden ke-7 RI dengan
baju putihnya.
Kembali kesejarah zaman Orde Lama, ingat presiden
pertama RI : Dalam pidatoku,
"Sekali Merdeka tetap Merdeka"! Kucetus semboyan: "Kita
cinta damai, tetapi kita lebih cinta KEMERDEKAAN".[Pidato HUT Proklamasi,
1946]
Jepang,
sebagai negara korban bom atom Amerika Serikat untuk mengakhiri PD II, bisa
bangkit dengan pasukan bela diri. Mereka mempraktikkan ucapan Bung Karno
tersebut di atas. Teknologi Jepang dialihkan dari saat itu memproduksi mesin
perang, menjadi yang dominan ke produk otomotif. Terbukti di jalanan Indonesia,
motor dan mobil produk negara ‘Saudara Tua’ menjelajahi jalan-jalan sampai ke
gang senggol.
Doktrin
pertahanan dan keamanan Indonesia,
dipengaruhi posisi geografis serta kebijakan utang luar negeri. Jaréné mbilung, mbok dé. Ojo melu
linglung mbah.
Konon,
dari berbagai sumber berita yang masih dipercaya. Karena saat itu masih belum terkontaminasi
bahasa politik yang mengutamakan, mengedepankan jurus jilat sekaligus jurus
hujat. Ki dalang Sobopawon berhasil menghimpun fakta pencerahan : Bangsa
Indonesia tidak memiliki misi ekspansi dalam konsep geopolitiknya.
Indonesia
memiliki karakteristik cinta damai dan cinta kemerdekaan anti-ekspansi yang
artinya misi pertahanannya adalah untuk menjaga dan mempertahankan keutuhan dan
kesatuan wilayah Indonesia.
Karena
karakteristik cinta damai dan cinta kemerdekaan yang dianut bangsa Indonesia,
maka terdapat strategi yang harus dilakukan bangsa Indonesia jika terjadi
perang, yaitu ‘sedia payung sebelum hujan’. Artinya bangsa Indonesia haruslah
mempersiapkan diri jauh sebelum perang terjadi. Persiapan diri ini dapat
dilakukan dengan memberikan pengertian dan pembekalan secara dini kepada
anak-anak bangsa tentang kewajiban mereka sebagai warga negara Indonesia yang
wajib ikut serta dalam upaya pertahanan Indonesia juga pengembangan Indonesia.
Doktrin
pertahanan yang dipegang oleh bangsa Indonesia sampai saat ini ialah strategi
‘sedia payung sebelum hujan’, karena hal ini dianggap paling sesuai dengan
karakteristik bangsa Indonesia yang cinta damai dan cinta kemerdekaan.
Jadi,
tak salah kawan, tatkala presiden ke-7 RI mengantisipasi aksi bela Islam,
mempraktikkan strategi ‘sedia pentung sebelum huru-hara’. Jangan dikiaskan ‘perbanyak
utang luar negeri sebelum jatuh tempo masa jabatan’.
Memangnya
presiden tidak bisa mengambil langkah kebijakan berupa …. Untuk mencari ujaran
yang cespleng, ki dalang Sobopawon terpaksa membuka primbon, diketemukan uraian
:
Pengendalian sosial berdasarkan sifat dibagi
menjadi dua, yaitu Preventif dan Represif.
§ Preventif, merupakan
suatu pengendalian sosial yang dilakukan untuk mencegah kejadian yang belum
terjadi. Atau merupakan suatu usaha yang dilakukan sebelum terjadinya suatu
pelanggaran.
§ Represif, merupakan
suatu pengendalian sosial yang dilakukan setelah terjadinya suatu pelanggaran.
Atau, merupakan usaha-usaha yang dilakukan setelah pelanggaran terjadi.
Pengendalian sosial berdasarkan proses, dibagi
menjadi dua, yaitu Persuasif dan Koersif.
§ Persuasif, merupakan
bentuk pengendalian sosial yang bersifat untuk membujuk atau mengarahkan
masyarakat agar taat dan patuh terhadap nilai dan norma yang telah ditetapkan.
Atau dalam arti lain, menggunakan pendekatan atau sosialisasi.
§ Koersif, merupakan
bentuk pengendalian sosial yang bersifat kekerasan. Atau dalam arti lain,
pengendalian sosial ini bertujuan untuk menyelesaikan permasalahan dengan cara
kekerasan atau tindakan anarkis.
Jadilah, rakyat bersabar
menunggu tanggal mainnya. [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar