efek domino revolusi mental, ideologi seujung kuku vs dendam politik sampai
ubun-ubun
Nilai tukar ideologi
atau politik Nusantara di periode 2014-2019 bergerak liar. Diimbangi kurang
mantapnya skenario pemerintah untuk menjalankan roda pemerintahan. Buktinya tergantung
si pencari fakta. Apakah ybs masuk kategori penjilat yang sekaligus masuk
kategori penghujat.
Bermula kisah
akibat tukang petugas partai malah dipilih rakyat sebagai presiden RI ke-7
(pitu). Sedangkan JK dengan rekam jejak sejak zaman Orde Baru yang di atas
rata-rata nasional, nyalinya cuma sebatas maju dan jadi wapres lagi. Setelah satu
periode, 2009-2014 menimba ilmu entah kemana saja. Pernah ikut nyapres, namun
rakyat walau buta politik, tidak buta mata hati.
Selain Bandar politik
juara umum pesta demokrasi 2014, sisa oknum ketua umum parpol yang
berseberangan dengan pemerintah, tinggal tunggu nasib, menanti ketok palu
keajaiban politik. Tak kurang yang tetap eksis dengan jati dirinya. Mau jadi
oposisi setengah hati, oposisi banci seperti yang pernah dipraktikkan oleh pdip
di periode SBY, memangnya dipikirin.
Aroma irama
syahwat politik dalam negeri tak lepas dari nuansa dendam politik. Banyak adegan
politik yang malah menundang tawa dan tangis haru penonton. Puncak goro-goro ketika terjadi perombakan kabinet
kerja yang agaknya tak akan pernah memuaskan pihak tertentu. Banyak pihak yang
hanya berposisi sebagai penggembira, pelengkap penderita atau sebagai tukang
sorak, tukang keplok.
Jangan lupa
kawan, pelaku ekonomi yang selama ini mampu melakukan komunikasi, koordinasi dengan
sang penguasa, sudah merasa tak nyaman. Berbagai bentuk perlawanan, mulai
tingkat lokal sampai nasional. Walau mereka
terbiasa bergerak di belakang layar, namun ada saja yang nyelonong di pentas politik.
Memasuki tengah periode 2014-2019, arah
pergerakan, perjalanan politik Jokowi-JK semakin semau gue, bebas, liar dan sekedar menunggu kejadian baru
bertindak. Munculnya partai politik baru, semakin menyebabkan luka politik
semakin menganga. Dendam politik kian membara. [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar