Halaman

Selasa, 15 November 2016

efek domino revolusi mental, ideologi seujung kuku vs dendam politik sampai ubun-ubun



efek domino revolusi mental, ideologi seujung kuku vs dendam politik sampai ubun-ubun

Nilai tukar ideologi atau politik Nusantara di periode 2014-2019 bergerak liar. Diimbangi kurang mantapnya skenario pemerintah untuk menjalankan roda pemerintahan. Buktinya tergantung si pencari fakta. Apakah ybs masuk kategori penjilat yang sekaligus masuk kategori penghujat.

Bermula kisah akibat tukang petugas partai malah dipilih rakyat sebagai presiden RI ke-7 (pitu). Sedangkan JK dengan rekam jejak sejak zaman Orde Baru yang di atas rata-rata nasional, nyalinya cuma sebatas maju dan jadi wapres lagi. Setelah satu periode, 2009-2014 menimba ilmu entah kemana saja. Pernah ikut nyapres, namun rakyat walau buta politik, tidak buta mata hati.

Selain Bandar politik juara umum pesta demokrasi 2014, sisa oknum ketua umum parpol yang berseberangan dengan pemerintah, tinggal tunggu nasib, menanti ketok palu keajaiban politik. Tak kurang yang tetap eksis dengan jati dirinya. Mau jadi oposisi setengah hati, oposisi banci seperti yang pernah dipraktikkan oleh pdip di periode SBY, memangnya dipikirin.

Aroma irama syahwat politik dalam negeri tak lepas dari nuansa dendam politik. Banyak adegan politik yang malah menundang tawa dan tangis haru penonton. Puncak goro-goro ketika terjadi perombakan kabinet kerja yang agaknya tak akan pernah memuaskan pihak tertentu. Banyak pihak yang hanya berposisi sebagai penggembira, pelengkap penderita atau sebagai tukang sorak, tukang keplok.

Jangan lupa kawan, pelaku ekonomi yang selama ini mampu melakukan komunikasi, koordinasi dengan sang penguasa, sudah merasa tak nyaman. Berbagai bentuk perlawanan, mulai tingkat lokal sampai nasional.  Walau mereka terbiasa bergerak di belakang layar, namun ada saja yang nyelonong di pentas politik.

 Memasuki tengah periode 2014-2019, arah pergerakan, perjalanan politik Jokowi-JK semakin semau gue, bebas, liar dan sekedar menunggu kejadian baru bertindak. Munculnya partai politik baru, semakin menyebabkan luka politik semakin menganga. Dendam politik kian membara. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar