menu kebangsaan hari ini tanpa
citra rasa persatuan
Judul sekaligus tema di atas hanya berlaku hari ini. Hari esok masih banyak
menu pilihan menanti. Atau menjelang pukul 24:00 terjadi perubahan drastis menu
kebangsaan. Besok, kata ki dalang Sabdopawon, akan terjadi peristiwa, kejadian,
perkara yang susah diprediksi. Semua pihak merasa berkepentingan akan esok
hari. Jadi, hari ini mereka akan tampil eksis habis-habisan. Siapa tahu esok
hari tidak kebagian matahari.
Hari ini masih ada basa-basi versi media massa. Besok, siapa melawan siapa,
menjadi bahan utama pergunjingan hari ini. Tidak ada rasa risi, rasa sungkan
dari sang pembawa acara, sang pengulas
berita. Mencampuradukkan menu ucapan kebencian diramu jadi satu dengan ucap
penistaan agama. Namanya Kepala Negara,
Presiden atau sebutan lainnya sudah bukan yang secara konstitusional menjadi
terhormat, bermartabat. Bahkan oleh pembantu presiden, jabatan kepala negara dsamaratakan
sebagai petugas partai.
Adegan di jalanan sampai babakan kehidupan penyelenggara negara,
ditampilkan nyaris tidak ada bedanya. Naluri,insting, intuisi, firasat, kata
hati, nurani anak bangsa untuk bertata karma sesuai asas selamatkan diri dan
muka masing-masing menjadikan apapun layak dilakukan. Apapaun pantas
dikerjakan. Apapun patut dilaksanakan. Rumus, resep kehidupan apapun wajar
dipraktikkan, daripada dipendam malah membiakkan dendam politik.
Jangankan wong cilik kawan, ujar selingan ki dalang Sobopawon, lha wong
komandannya wong cilik saja juga tidak tahu apa saja yang telah dilakukannya
hari ini. Opo tumon. [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar