korbankan rakyat ketimbang parpol wong-cilik jadi korban kepentingan internasional
Ini cerita tentang rumusan kehidupan
bangsa besar berbasis multipartai sederhana. Seolah apa arti rakyat. Kecuali format
wakil rakyat. Penjabaran hakikat kedaulatan rakyat lebih memusingkan diri
daripada menguraiberaikan nilai-nilai akademis dasar negara.
Wujudan penjajahan oleh bangsa sendiri
lewat partai politik penguasa parlemen senayan.
Kilas balik ke
judul jadul politik bebal Nusantara, merasa kuasa parlemen mainkan nasib
rakyat. Tersimpan di personal laptop 5/12/2019 7:47 AM. Katanya kata.
Kegilaan berkelanjutan, berpolitik adalah melakukan
sesuatu yang sama menerus, tipikal antar periode lima tahunan, namun berangan
meraih hasil yang berbeda. Lompatan jauh ke depan malah merugikan. Merasa
nyaman duduk manis di kursi anak cucu ideologis.
Kembali ke daya
juang kawan partai politik. Kendati keluar sebagai juara umum pemilu legislatif tidak ada jaminan untuk mensejahterakan
bangsa. Dimulai dari nol. Dalam arti, dimulai dari diri sendiri, untuk
diri sendiri. Berakhir untuk diri sendiri.
Ketika tindak
pidana korupsi menjadi kejahatan luar biasa. Maka aneka modus, serba rekayasa, macam manipulasi yang menjadi karakter
manusia politik tidak bisa dipidana. Terlebih, jika sang oknum sebagai
wakil rakyat. Segala perbuatannya menjadi tanggung jawab moral rakyat yang
memilihnya.
Hanya terjadi
di nusantara. Geliat wong-cilik bisa masuk pasal perbuatan tidak menyenangkan. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar