bagaimana dirimu sekarang, cukup di batin
Semakin
direnungi tanpa termenung-menung. Buka hanya pemirsa saja berhal demikian. Frase ‘cukup di batin’ malah membuka pintu masuk
menuruni tangga kehidupan. Di batin saja belum cukup. Bikin sesak hati menahan perasaan. Banyak ganjalan di hati. Perlu
kompensasi, pelampiasan isi hati.
Himpitan, tekanan subinternal tak lelah
bermanuver gaya bebas. Seperti diri ini menumpang hidup gratis. Makan dalam cuci luar. Suasana
kebatinan bawah sadar tergerak ambil posisi strategis. Aroma persaingan sejak dini
sekedar meraih tiket terusan. Raih status penganjur jiwa bebas.
Kalau ‘cukup
di batin’, hidup terasa datar, hampa, monoton. Masuk gigi tiga langsung tancap
gas, geber, gas pol. Salah. Pakai metode pesawat terbang
mau tinggal landas.
Keselarasan hidup dengan irama kehidupan makhluk bumi. Gaya santai di tepi pantai. Garis keras agar tampak wibawa. Malah pria model tulang lunak menjadi idola bangsa. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar