intimidasi hak pilih-Intimisasasi pasangan bakalan kaping wolu-imitasisasi baleg
Tak perlu dibayangkan, betapa Rp
5.000,00/potong dada atas maupun paha atas ayam goreng tradisional. harga tetap,
stabil selama pemerintahan Jokowi. Bahkan sejak ybs jadi DKI-1. Alasan harga jual relatif tetap. Jaga citra, nama baik di mata pelanggan.
Membaca daya belanja rakyat tapak tanah. BPS mengendus modus ada main antar
pihak. Comot tiga nama papan atas faktor penentu.
Pertama. Efektivitas
sistem politik multipartai sederhana. Pasokan ayam non-produktif terjaga. Bisa di atas kebutuhan bulanan pedagang ayam goreng. Jenis ayam sesuai warna
partai. Kebanyakan cekernya tidak bertanduk. Bertaji.
Kedua. digoreng secara massal, kolosal,
komunal. Pakai wajan besar, diameter satuan meter. Remukan menjadi jatah kaum pemulung.
Indikator bumbu yang dioplos.
Ketiga. Bantuan
sosial minyak goreng kelapa sawit model curah. Tanpa merek, bebas kedaluwarsa. Senantiasa terbarukan.
Pasal kemudahan lainnya. Pelanggan cari
lauk sarapan atau bekal. Tersaji hangat. Fresh migor. Pulang malam, pedagang masih
jaga. Terima pesanan partai besar. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar