Halaman

Minggu, 04 Juni 2023

gosok pantat panci mbokdé mukiyo, dudu sogok mulut banci

gosok pantat panci mbokdé mukiyo, dudu sogok mulut banci 

Media massa asing yang benar-benar asing. Artinya, kantor media memang ada di negaranya. Bukan yang punya cabang atau buka praktek di NKRI. Suatu ketika – tidak diketahui kapan dan di mana – menayangkan gambar seorang manusia atau anak wayang yang berdiri lunglai tanpa gapit di samping ki dalang merangkap sutradara, penulis skenario, pencari bakat, pencatat adegan. Soal siapa sponsor kasus kejadian perkara.

Frasa “mulut banci“ bersinggungan dengan eksistensi LGBT. Fakta tendensius menjurus ke  sosok bosok tirani minoritas.

Kebanyakan manusia bercermin (tidak sama dengan melihat foto diri hasil swafoto) untuk mematut diri, ukur baju karena akan tampil. Bercermin dengan mengedepankan akalnya untuk mencari pembenaran atas segala tindakannya, tampilannya. Di momen inilah manusia serba merasa bisa.

Ho no co ro ko . . . yang mendunia. Manusia politik menjadi “mati” hati nurani ketika di pangku. Sisanya, dengan sedikit sanjungan, menjadi lupa diri. Mati kutu. Kelamaan tidak ada yang menyanjung, tanpa sungkan memuji diri sendiri. [HaéN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar