imej bakalan kaping wolu, di mata asing vs di hati rakyat
Ungkapan ‘bocah ora nggenah’
masih bisa umum. Terasa kurang umum dengan ‘wong kurang genep’.
Stigmaisasi sesuai kelompok umur. Mau berita agak miring, terapkan batasan gender.
Arus utama gender. Tidak menyinggung asasi kaum LGBT.
Coba simak
ulang kenya nyapres, jalma tan mangga puliha. Disebutkan, makna tan
mangga puliha adalah “tak dapat menang”. Padahal
secara medis politis ybs tampak sehat jwa, bugar raga, waras diri sigap terima
warisan. Tidak kurang. Lurus-lurus saja.
agak-agak bagaimana. Menguasai media massa putar balik lawan arus,
otomatis akan menguasai jalur pendek, sumbu pendek, jarum
pendek budaya pikir. Budaya instan, karbitan, orbitan masuk ke daya pikir, olah
akal, reka nalar.
Di kolong langit ibu Pertiwi, di atas hamparan
bumi nusantara. Analog keterbalikan 180 derajat. Di balik amanat rakyat, seperti ada
peluang, kesempatan pihak terpercaya untuk ambil sikap tindak bebas. Bisnis
politik menjadikan pihak pembeli kepercayaan, merasa berhak menentukan nasib
bangsa.
Frasa “dapat diterima semua pihak”. Idaman semua pihakan peserta aktif laga
lokal pilpres 2024. Jumlah
kredit tanpa agunan, bantuan modal investasi politik mempengaruhi produktivitas
partai politik melalui penggunaan input sarana
produksi (stratifikasi bakalan dan politik biaya global). Pemanfaatan pesohor
pada usaha pembibitan kader unggul. Tepatnya, unggul tapi bukan kader.
Tergantung jumlah angkatan kerja keluarga dan kapasitas produksi. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar