daya belanja politik 2024, peras – resap – serap
Politik logik. Terinspirasi
kredo ‘jokowi adalah kita’. Penyedap penawar rasa hambar demokrasi cacat demokrasi. Aroma syahwat politik jilat vs hujat, nyaris menjadi lagu
wajib.
Rasa
nasionalisme generasi bau kencur vs bau
tanah dengan cita rasa ala kadarnya, bukan diukur dari keloyalan menggunakan produk dalam
negeri, mengkonsumsi pangan hasil panen di negeri sendiri, atau
mengandalkan sekolah di dalam negeri saja. Tentu bukan. Atau menjadi budak di
negeri sendiri. Atau menghamba pada sistem
atau orang secara politis agar merasakan nikmat dunia. Juga bukan kawan.
Rasanya, kalau hanya mengandalkan
perasaan, memangnya kita terjajah oleh ideologi yang mengedepankan serta mengutamakan kepentingan partai daripada kebutuhan
rakyat. Namanya politik, susah payah
mendirikan partai politik, berdarah-darah mempertahankan keberadaan partai
politik, kalau bukan untuk kepentingan individu, percuma Bung!
Menapak bumi,
tebar dan serap energi positif. Peolok-olok politik sebagai reaksi politik dengan mengambil posisi “lempar batu pinjam tangan tetangga”. Merupakan sikap
politik atau siasat sejalan modus penguasa. Dengan menguasai generasi tanpa
nama, diyakini akan mengkangkangi nusantara. Atau setidaknya akan terus
mewarnai dinamika politik.
Nusantara
dikangkangi oleh manusia sehat berakal sehat di atas rata-rata nasional dengan
tujuan mengangkangi. Ketika bumi ibu pertiwi selaku ajang skénario téror kontra terror. [HaéN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar