PDI-P,
BAK KELEDAI YANG TERPEROSOK KEDUA KALINYA KE LUBANG YANG SAMA
FAKTA DEMOKRASI
Sebagai pemenang pemilu
1999 adalah PDI-P yang meraih 35.689.073 suara atau 33,74% dengan perolehan 153
kursi. Pemilu 1999
belum ada pilpres.
Pemilu Legislatif 2014, menempatkan PDI-P di posisi pertama dengan
23.681.471 suara atau 18,95%.
Pemilihan Presiden 2014 menjadikan pasangan Jokowi-JK sebagai presiden dan
wakil presiden, dengan perolehan suara sebanyak 70.997.833 suara atau 53,15%
dari total suara sah nasional.
FAKTA LAPANGAN
Kondisi faktual dan aktual yang terjadi di periode 1999-2004, sudah menjadi
rahasia umum. Petualang dan pecundang politik masih hidup dan eksis dengan
lagunya. Dampaknya nyata pada pesta demokrasi 2004 dan 2009.
Ironis dan miris, menunggu 2 (dua) periode 2004-2009 dan 2009-2014, parpol
pememang pemilu dan pilpres 2014 hanya mempunyai mental menang, tetapi tidak
mengantongi kartu mental sebagai penyelenggara negara. Makanya tak salah jika
Jokowi menyuarakan perlunya Revolusi Mental. Jokowi tahu jeroan manusia PDIP. Jokowi pengalaman dengan wong
cilik demen mbekicik.
Apa yang terjadi, yang disiarkan media massa maupun yang disimpan sebagai
cadangan, sejak Jokowi-JK resmi jadi RI-1 dan RI-2 sampai sekarang, lagi-lagi
sudah menjadi konsumsi umum dan rahasia rakyat.
Walau bukan kesimpulan nyata, apa bedanya PDIP-P dengan keledai. Atau siapa
dulu bandar politiknya. Rakyat ingat pepatah “hanya
keledai yang terperosok kedua kalinya di lubang yang sama”. Karena manusia
bukan keledai, bisa saja dengan sadar memerosokkan dirinya secara rutin ke satu
lubang. Ideologi Rp berada di dasar lubang.
Atau kita sudah menjadi bangsa keledai. Bukan sekedar membeli kucing dalam
karung. Sudah tahu “belang” kucingnya, koq dipilih [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar