Halaman

Minggu, 24 Mei 2015

ketika Jokowi mbalelo

ketika Jokowi mbalelo


Kali ini, ini kali, kepala negara kita, presiden kita, langkah politiknya ingin lepas dari kungkungan tradisi, tak ingin terhanyut penggunaan ajaran Ajisaka yang melambangkan watak wong Jawa. Aksara Jawa diidentikan dengan watak wong Jawa yaitu “jika dipangku, maka akan mati”.

JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengaku tidak tahu Destry Damayanti yang ditunjuk Presiden Joko Widodo sebagai Ketua Panitia Seleksi calon pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) memiliki jabatan di Kementerian Badan Usaha Milik Negara. 

"Saya tidak mengenal (tahu) ya," kata JK saat dikonfimasi di rumah dinasnya di Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (23/5/2015). 

Skenario Jokowi, membikin ban-serepnya, yaitu wakil presiden JK, menjadi kelihatan tidak seperti biasanya, atau memang seperti tidak biasanya. Komentar JK lebih lanjut, semakin membuktikan bahwa kacamata sebagai wong Indonesia Timur tidak mampu menembus relung strategi Jokowi.

Menurut JK, yang terpenting adalah sembilan anggota pansel KPK yang telah ditunjuk dapat bekerja maksimal untuk memilih komisioner yang akan menjabat selama empat tahun kedepan. 

"Yang paling penting memilih calon yang terbaik, yang bijaksana, tegas, punya pengalaman dan pengetahuan luas," ujarnya. 

JK juga tak mau mempermasalahkan pansel yang semuanya diisi perempuan. JK meyakini, kinerja perempuan sama saja dengan laki-laki. "Kita kan enggak ada bedakan laki-laki perempuan," ujarnya. 

Walhasil, Jokowi dan JK sepakat dalam hati, kata yang empunya cerita, bahwa 9 anggota pansel KPK tidak ada unsur manusia parpol. Atau bandar politik pemenang pemilu 2014, tidak punya stock kaum hawa yang layak diajukan atau disuruh masuk jajaran anggota pansel KPK. Atau jagonya (tepatnya, babonnya) sudah dapat jatah kursi sebagai pembantu presiden. Sehingga tidak ada yang lebih layak jual.


Watak Jowo-nya Jokowi muncul pada kondisi dan tataran tertentu. Tertekan secara ideologis, ilmunya baru timbul. Semangat busana putih, mengkondisikan dirinya untuk membuktikan bahwa pilihannya cermat, tepat, dan akurat. Lepas dari pangkuan yang mematikan dirinya. Tidak mau didikte oleh bandar politik. Sesekali mbalelo. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar