Politika Dibaca :635 kali , 3 komentar
Media Online sebagai Katalisator Syiar dan Dakwah Islam
Ditulis : Herwin Nur, 02 Agustus 2012
Kilas Balik
Ajaran Islam tentang hubungan antar umat, antar manusia, antar insan serta hubungan manusia dengan lingkungan bersifat universal dan mendunia. Berlaku untuk semua suku bangsa, domisili, usia dan jender. Di Indonesia, pendidikan/ pengajaran agama Islam masuk kurikulum pendidikan formal sampai tingkat perguruan tinggi. Pondok pesantren, TK/RA sampai PT, sebagai tumpuan harapan anak bangsa untuk mendapatkan keseimbangan pengajaran agama Islam dengan pendidikan formal.
Faktor ajar sebagal awal proses pemantapan aqidah di keluarga sangat kondisional. Banyak keluarga yang menyerahkan pendidikan ke sekolah atau guru. Bagi yang tidak sempat makan bangku kuliah atau bagi wulan (warga usia lanjut, >60 tahun), menggantungkan siraman rohani ke masjid yang mengadakan latih baca Al Qur’an sampai jiping (mengaji liwat kuping atau hanya sebagai pendengar), walau tidak rutin tiap hari.
Kemajuan zaman menyebabkan balita Indonesia sudah tidak gatek (gagap teknologi), dimulai sekedar pegang dan asal pencet alat komunikasi semacam HP (handphone). Keluarga menengah ke atas, komputer bukan sebagai barang mewah lagi. Warnet ada di mana-mana, mengakomodir rasa haus informasi dan komunikasi bagi masyarakat yang serba praktis. Perbedaan pola hidup, gaya hidup maupun gensi antara masyarakat kota dan penduduk desa nyaris tidak ada perbedaan dalam apresiasi, wawasan, peduli terhadap TIK.
Dengan HP seharga ratusan ribu rupiah, sebagai sarana informasi dan komunikasi menjadikan dunia seolah tanpa batas waktu dan tempat. Para PSK (Pedagang Sayur Keliling) dengan modal HP bisa kontak dengan pelanggannya, menerima order. Anak jalanan mengantongi HP untuk kontak dengan juragannya.
Berbasis sub tema bahasan : “Mengapa pentingnya media online untuk kemajuan umat Islam?”, penulis mencoba menjawabnya melalui tulisan ini. Aspek tidak buta teknologi sebagai syarat utama kemanfaatan media online. Minimal bisa mengakses internet, atau teknologi informasi dan komunikasi pada umumnya.
Sebagai hasil dari gerakan masif ke media online, sirkulasi media cetak tidak mengalami peningkatan yang berarti beberapa tahun belakangan ini, sementara kelompok-kelompok media besar mencatat jumlah ‘hits’ yang sangat tinggi di kanal-kanal online mereka. Berbarengan dengan itu, pertumbuhan media online sepertinya terkait erat dengan ‘mobilisasi masyarakat’ seperti menyediakan interaksi sosial melalui telepon genggam. Namun, yang menjadi masalah utama di sini adalah tidak meratanya akses pada infrastruktur Internet di Indonesia, yang hanya terkonsentrasi di kota-kota besar di Jawa dan Sumatra.
Kesenjangan Digital
Perkembangan syiar dan dakwah Islam sudah sampai pada tahap digitalisasi, tidak lagi berkutat di wilayah konvensional. Kemudahan untuk beralih dari satu ruang ke ruang yang lain dalam hitungan waktu menit, menjadi daya tarik gadget. Gadget bisa diartikan inovasi teknologi modern, mutakhir, ataupun terkni yang merupakan sebuah piranti portable yang memiliki multi fungsi dan berbagai kelebihan dari teknologi yang biasa/sudah ada. Babak baru dunia syiar dan dakwah Islam, atau kemudian sering disebut sebagai dakwah bil kalam secara sederhana mengimplementasikan dakwah menjadi sebuah rutinitas dan dapat diakses dengan gadget.
Pemanfaat teknologi informasi dan komunikasi (TIK) sebagai media syiar dan dakwah Islam sudah memasuki era bak jual beli. Mengacu pada acara di TV swasta yang bisa menyedot pemirsa adalah yang subtansi dakwahnya sederhana, tidak menggurui, dikaitkan dengan keadaan sehari-hari, maka para pengelola media online bisa memantapkan langkah.
Tidak bisa dipungkiri, di masyarakat atau antar generasi masih terjadi kesenjangan digital. Kesenjangan antara individu dan masyarakat yang memiliki akses terhadap sumber daya untuk berpartisipasi dalam ekenomi berbasis pengetahuan, khususnya sumber daya dari Era Reformasi, dengan mereka yang tidak memiliki sumber daya tersebut. Kesenjangan digital adalah sebuah refleksi kesenjangan sosial dan ekonomi, termasuk hal yang berkaitan dengan pendapatan, gender, dan buta huruf. Mengatasi kesenjangan digital membutuhkan perspektif luas tidak hanya tentang teknologi informasi.
Kesenjangan digital antara pusat dan daerah menjadi tantangan Indonesia untuk mewujudkan masyarakat informatif di masa depan. Kesenjangan itu bisa dilihat dari masih minimnya infrastruktur informasi dan komunikasi di wilayah timur Indonesia.
Persoalan teknologi informasi yang dihadapi bangsa Indonesia berbeda dengan negara lain, terutama terkait kondisi geografis negeri ini yang berupa kepulauan. Pentingnya membangun bangsa Indonesia menjadi masyarakat informatif agar lebih rasional dalam memahami segala sesuatu, misalnya dalam isu berbasis tingkah laku politikus.
Masalah kesenjangan digital (digital divide) di Indonesia, tidak hanya faktor manusianya saja, justru banyak dipengaruhi oleh tidak meratanya pembangunan infrastruktur jaringan komunikasi dan regulasi di berbagai daerah. Campur tangan pemerintah sangat berperan dalam pemerataan pembangunan infrastruktur jaringan komunikasi. Media online dapat menjadi media potensial bagi warga negara, tetapi kemanfaatannya terhambat oleh persebaran maupun keterseidaan infrastruktur yang tidak merata, saat ini telah menjadi komoditi.
Untuk meminimalkan dampak kesenjangan digital dan mewujudkan potensi TIK untuk pembangunan teknologi di kawasan, penyusun kebijakan perlu menentukan prioritas, menyusun kebijakan, memformulasikan kerangka kerja hukum dan peraturan, mengalokasikan dana, dan memfasilitasi kemitraan dan kerja sama antar pelaku pembangunan yang memajukan sektor industri TIK dan mengembangkan keterampilan TIK di masyarakat.
Pemuliaan Akal
Tampilan dan tayangan media online Islam yang ada, dari data Alexa.com status tanggal 20 Maret 2011, tercatat ada 10 situs media Islam online, bisa dibilang sangat bervariasi. Berikut 10 situs media Islam online di Indonesia, diurutkan berdasarkan pemeringkatan Alexa.com :
1. Republika.co.id (Alexa Rank: 6.017)
2. Eramuslim.com (Alexa Rank: 12.688)
3. Arrahmah.com (Alexa Rank: 48.068)
4. Voa-islam.com (Alexa Rank: 49.514)
5. Hidayatullah.com (Alexa Rank: 65.448)
6. Muslimdaily.net (Alexa Rank: 169.929)
7. Suara-islam.com (Alexa Rank: 265.773)
8. Sabili.co.id (Alexa Rank: 373.188)
9. Mediaumat.com (Alexa Rank: 1.097.902)
10. Syabab.com (Alexa Rank: 1.327.842)
Tentunya banyak blog perorangan yang bernuansa, berbasis islami. Masalah mendasar dimungkinkan adanya sponsor dana maupun sponsor yang mungkin bisa mendikte konten media online bernafas Islam. Media online harus sudah punya seperangkat kebijakan dalam mengenakan biaya untuk akses online ke situs Web mereka. Media online cukup populer dan menarik lebih banyak pembaca, tidak selalu berarti adanya penurunan sirkulasi dan keuntungan dari versi cetaknya. Meskipun begitu, beberapa perusahaan media cetak telah mengalami penurunan tirasnya.
Sementara perkembangan teknologi internet dengan segala kelebihan dan kekuranganya, merupakan media yang sangat efektif untuk menyebarluaskan materi dakwah hingga dapat menjangkau seluruh lapisan masyarakat di penjuru dan pelosok Nusantara.
Manusia wajib bersyukur atas rakhmat Allah. Manusia diciptakan sebagai makhluk yang sempurna. Manusia dibekali Allah dengan kesempurnaan rupa, akal, pancaindra, hati. Akal untuk berfikir, mencari rahasia alam, mengolahnya. Otak berkembang dengan berjalannya waktu dan peradaban. Dengan otak manusia berfikir, mempergunakan seluruh pancaindranya dalam menangkap kebesaran dan ilmu Allah.
Untuk menjadi Khalifah dimuka bumi ini manusia harus cerdas , tidak hanya cerdas otaknya saja, tapi juga cerdas emosi dan spiritualnya. Manusia yang paripurna harus mempunyai kecerdasan otak, kecerdasan secara emosional dan spiritual.
Allah menciptakan manusia mulai dari serba buta menjadi tahu, menjadi terbuka. Tiap orang mempunyai kebutuhan untuk berpikir serta menggunakan akalnya seoptimal mungkin. Setiap sesuatu bentuk kejadian, apalagi proses, Allah kemudian memberikan petunjuk kepada manusia dalam bentuk akal, insting (naluri) dan kodrat alamiyah untuk kelanjutan hidup masing-masing.
Umat manusia akan dikembalikan kepada kejadiannya, kembali menjadi lemah dan kurang akal, bersamaan dengan bertambahnya usia.
Daya Serap Media Online
Dari 11 kota lokasi survei yang dilakukan oleh MarkPlus Insight pada bulan Agustus – September 2011, di Jakarta, Bodetabek, Surabaya, Bandung, Semarang, Medan, Makassar, Denpasar, Pekanbaru, Palembang, dan Banjarmasin, terdapat sekitar 50% hingga 80% dari pengguna Internet merupakan kaum muda dari kelompok umur 15-30 tahun. Jumlah pengguna Internet di Indonesia, yang menggunakan internet lebih dari 3 jam sehari, pada tahun 2011 sudah mencapai 55 juta orang, meningkat dari tahun sebelumnya di angka 42 juta (KOMPAS.com, Jumat 28 Oktober 2011). Generasi muda cenderung untuk lebih percaya pada blog dan media online. Sebagai penyesuaian terhadap teknologi baru, surat kabar juga mengembangkan distribusi berita mereka ke media online, membuat berita online dan aplikasi yang dapat diakses di mana saja dan kapan saja selama sambungan Internet tersedia.
Posisi Indonesia dalam kategori internet paling lambat di dunia berada di tingkat 139 dari total 174 negara yang disidik. Rata-rata pengguna Internet di Indonesia mengakses melalui smartphone dan notebook. Angka populasi pengguna mobile Internet di Indonesia menurut riset MarkPlus Insight ini tidak menghitung berapa besaran jumlah gadget yang aktif terhubung dengan Internet. Di riset ini juga terkuak bahwa rata-rata netizen di Indonesia punya gadget lebih dari satu yang terkonek dengan Internet. Kecepatan akses internet (khususnya download atau unduh) di Indonesia adalah 1.21 Mb/s [Sumber : Speedtest (Update 14 Okt 2009)]. Kecepatan internet Indonesia jauh dibawah Korea Selatan, Jepang, Hongkong, China dan Singapura.
Alasan mengapa Internet lambat bisa beragam. Kalau Indonesia sendiri dikarenakan minimnya fasilitas kabel fibre optic untuk terhubung langsung ke jaringan internasional. Otomatis akses ke luar negeri menjadi sangat lambat, dan pada akhirnya berpengaruh pada uji coba Speedtest.
Besarnya pengaruh (sisi positif) internet membuat negara-negara maju berlomba memperbesar infrastruktur, jaringan dan teknologi internet. Bagi pemerintah bersama para pemangku kepentingan (provider/operator) negara-negara maju, mereka telah memperbesar kecepatan internet hingga angka fantastis bila dibanding dengan negara seperti Indonesia. Adalah negara Korea Selatan yang menjadi negara dengan akses internet tercepat, yang disusul Jepang.
Evaluasi Diri Media Online
Salah satu keunggulan media online adalah lebih cepat dalam menyajikan suatu berita kejadian, peristiwa, dan kasus daripada media cetak. Langkah antisipatif media cetak dalam menjaga langganan setianya adalah dengan memindahkan produk mereka ke media online, tetapi dengan tampilan yang sama, ditambah variasi substansi atau konten.
Untuk memenuhi kecepatan saji, bukan berarti asal saji, membentuk opini sesuai selera atau malah mengambil resiko salah informasi. Patut diingat bahwa sesungguhnya kecepatan bukan parameter untuk dapat unggul dalam mengelola media. Kejadian yang disajikan apa adanya, secara aktual, faktual, akurat sekali pun bukan jaminan sebagai sajian berkualitas, bermartabat dan sesuai asas manfaat.
Media Online yang Diharapkan
Media online seperti apa yang mampu jadi katalisator syiar`dan dakwah Islam. Minimal dengan mengacu batasan bahwa media online bisa disebut sebagai media interaktif. Media dimaksud, terjadi komunikasi timbal balik, peran serta aktif, antara pengelola media online dengan pengguna.
Berdasarkan uraian mulai dari judul, media online sebagai wahana, sarana dan fasilitas interaksi aktif antara pengelolanya dengan pengguna, khususnya dalam menggulirkan substansi islamiyah. Interaksi secara aktif, masif, menerus dan berumpan balik, akan menjadikan media online sebagai katalisator syiar dan dakwah Islam. Ikhwal tersebut bisa terwujud, jika terpenuhinya beberapa kondisi sebagai berikut :
- Kendati jumlah tiras dalam media online seolah bebas, tidak terbatas, karena bisa digeser bebas, namun demi alasan kecepatan akses, keindahan desain, nilai atraktif tampilan/tayangan, keanekaragaman konten, tingkat keterbacaan dan alasan teknis lainnya, perlu dihindarkan penulisan naskah yang terlalu panjang.
- Konten islami harus mampu berakslerasi dengan publikasi berita kejadian, peristiwa, dan kasus yang berdasarkan real time. Tampilan/tayangan konten islami bersifat dinamis, menyesuaikan dengan tuntutan dan tantangan zaman.
- Susah dihindari, ada media online yang menyajikan berita karena menghadapi pilihan yaitu pro-pemerintah atau anti-pemerintah, seperti TV swasta. Dampaknya, pemberitaan bersifat tendensius, tidak berimbang dan jauh dari pembelajaran kepada masyarakat. Menyiasati kondisi ini, konten islami bisa sebagai penyeimbang, artinya memberikan solusi, opini yang wajar dan profesional.
- Jadwal terbit media online berlomba dengan waktu, sangat ketat. Mirip liputan langsung di TKP (Tempat Kejadian Perkara) yang berkadar update atau terkini. Berita yang dirilis otomatis terdistribusi ke jaringan. Bank data konten islami harus mampu mengimbangi berita terkini. Artinya, konten islami bisa disajikan khusus tersendiri, berbaur dengan berita terkini, atau opini/kajian berdasarkan kaidah Islam.
- Sebagai katalisator syiar` dan dakwah, media online memberi ruang, peluang dan kesempatan baru bagi warga negara untuk menyuarakan aspirasi, berkontribusi secara nyata dan aktif, dan akan mendapatkan respon dalam cara dan skala yang tidak terpikirkan sebelumnya. Membawa harapan dan asa untuk bebas berekspresi, media online telah menjadi ruang publik baru untuk mempromosikan bonum commune (kesejahteraan bersama).
Peserta Lomba Menulis:
"Masa Depan Media Online Bernafaskan Islam"
Herwin Nur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar