KETIKA JOKOWI Mencari negara di indonesia
Konon, terjadi disuatu negeri yang
mengandung nilai filosofis lokal, yaitu: “Gemah Ripah Loh Jinawi, Tata Titi
Tentrem Kerta Raharja”, atau secara ekonomi politik masuk jajaran
masyarakat adil dan makmur, dikisahkan sang Kepala Negara gemar berkelana
menyatroni rakyatnya, menyambangi rakyatnya secara langsung. Tetapi bukan
dengan cara incognito alias dengan penyamaran. Yang dilakoni adalah dengan
gaya blusukan, walau bukan meniru model kunker (kunjungan kerja) ala kawanan
wakil rakyat di parlemen yang menggandeng keluarga. Atau bukan gaya sidak
(inspeksi mendadak), turba (turun ke bawah) ala zaman Orde Baru.
Pasar tradisional sebagai tujuan
favorit sang Kepala Negara, untuk mengecek langsung harga pangan/pakan manusia berbasis
‘pajak’ (padi, jagung dan kedelai). Kunjungan resmi ke calon DOB (daerah
otonomi baru) untuk menyenangkan orang parpol. Aroma irama dan syahwat politik
yang mendominasi pemikiran dibentuknya DOB atau pembagian wilayah/penciutan
wilayah administrasi yang ada. Tujuan mulia DOB, baik skala provinsi maupun
kabupaten/kota, agar kawanan parpol bisa kebagian kursi kekuasaan.
Tutur di Dalang (ngudal piwulang),
periode 2014-2019, ilmu politik, logika politik, maupun pakem politik nyaris
mandul dan bungkem seribu bahasa. Yang ada adalah kendali politik. Ironisnya,
sang pemegang kendali politik mengalahkan watak Sengkuni. Sengkuni jelas dari
kaum Adam. Sengkuni zaman Reformasi lain Bung!!!
Ring-1 yang memagari sang Kepala Negara
menjadi tukang sortir, juru sensor yang peka dan selektif. Kawanan KIH tidak
bebas sua dan bincang dengan sang Kepala Negara, apalagi rakyat. Jauh panggang
dari api.
Kocap kacarita :

“UNTUK PERTAHANKAN KEKUASAAN,
JOKOWI TANAM KEPALA KERBAU
DI
ISTANA BOGOR”
Presiden Joko Widodo (Jokowi)
meminta bantuan dukun asal Bali agar kekuasannya tidak dilengserkan. “Jokowi juga minta bantuan dukun
asal Bali agar kekuasaannya tidak lengser,” kata praktisi metafisika Ki
Gendeng Pamungkas kepada intelijen, Sabtu (28/2). Menurut Ki Gendeng, dukun
asal Bali ini akan mencari kepala kerbau untuk dijadikan pengorbanan agar
kekuasaan Jokowi bisa berlangsung lama. “Sebenarnya dukun Jokowi asal Solo sudah menanam kepala
kerbau di Istana Bogor agar kekuasaan Jokowi tidak dilengserkan, karena Jokowi
ketakutan minta bantuan dukun dari Bali,” papar Ki Gendeng. Kata Ki
Gendeng, dukun Jokowi menanam kepala kerbau di Istana Bogor pada malam Jumat
bulan Februari 2015. “Malam
Jumat Kliwon itu dianggap punya nilai mistik, dan salah satu sudut Istana Bogor
sudah ditanami kepala Kerbau,” papar Ki Gendeng. Ki Gendeng
mengingatkan, cara Jokowi yang mempertahankan kekuasaan seperti itu justru akan
mempercepat untuk lengser dari kekuasaan. “Tak lama lagi kekuasaan Jokowi akan lepas,
tanda-tandanya sudah kelihatan,” pungkasnya.
Tancep kayon, apa yang di depan sang Kepala
Negara, walau dari hasil blusukan, hanya formalitas untuk menyenangkan perut
rakyat. Sekaligus mengenyangkan isi otak si pemegang kendali politik (baca
bandar politik yang menyuruh Joko Widodo ikut Pilpres 2014). Jokowi tinggal
melaksanakan skenario politik tanpa hak untuk bertanya, apalagi berdebat. Jokowi
dalam berkaraoke politik tetap fokus mengkuti lirik di layar. Jangan
berimprovisasi atau terlebih jangan jalan sendiri.
Ujar ki Dalang, sang Kepala Negara
bingung bin linglung, dia berada di negara mana, negara milik siapa. [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar