Halaman

Kamis, 07 Mei 2015

ketika Jokowi mencari negara di Indonesia

KETIKA JOKOWI Mencari negara di indonesia


Konon, terjadi disuatu negeri yang mengandung nilai filosofis lokal, yaitu: “Gemah Ripah Loh Jinawi, Tata Titi Tentrem Kerta Raharja”, atau secara ekonomi politik masuk jajaran masyarakat adil dan makmur, dikisahkan sang Kepala Negara gemar berkelana menyatroni rakyatnya, menyambangi rakyatnya secara langsung. Tetapi bukan dengan cara incognito alias dengan penyamaran. Yang dilakoni adalah dengan gaya blusukan, walau bukan meniru model kunker (kunjungan kerja) ala kawanan wakil rakyat di parlemen yang menggandeng keluarga. Atau bukan gaya sidak (inspeksi mendadak), turba (turun ke bawah) ala zaman Orde Baru.

Pasar tradisional sebagai tujuan favorit sang Kepala Negara, untuk mengecek langsung harga pangan/pakan manusia berbasis ‘pajak’ (padi, jagung dan kedelai). Kunjungan resmi ke calon DOB (daerah otonomi baru) untuk menyenangkan orang parpol. Aroma irama dan syahwat politik yang mendominasi pemikiran dibentuknya DOB atau pembagian wilayah/penciutan wilayah administrasi yang ada. Tujuan mulia DOB, baik skala provinsi maupun kabupaten/kota, agar kawanan parpol bisa kebagian kursi kekuasaan.

Tutur di Dalang (ngudal piwulang), periode 2014-2019, ilmu politik, logika politik, maupun pakem politik nyaris mandul dan bungkem seribu bahasa. Yang ada adalah kendali politik. Ironisnya, sang pemegang kendali politik mengalahkan watak Sengkuni. Sengkuni jelas dari kaum Adam. Sengkuni zaman Reformasi lain Bung!!!

 Ring-1 yang memagari sang Kepala Negara menjadi tukang sortir, juru sensor yang peka dan selektif. Kawanan KIH tidak bebas sua dan bincang dengan sang Kepala Negara, apalagi rakyat. Jauh panggang dari api.

Kocap kacarita :



UNTUK PERTAHANKAN KEKUASAAN, JOKOWI TANAM KEPALA KERBAU
DI ISTANA BOGOR

http://www.presidenbernyali.com/2015/03 . . JUMAT, 06 MARET 2015 /
Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta bantuan dukun asal Bali agar kekuasannya tidak dilengserkan. “Jokowi juga minta bantuan dukun asal Bali agar kekuasaannya tidak lengser,” kata praktisi metafisika Ki Gendeng Pamungkas kepada intelijen, Sabtu (28/2). Menurut Ki Gendeng, dukun asal Bali ini akan mencari kepala kerbau untuk dijadikan pengorbanan agar kekuasaan Jokowi bisa berlangsung lama. “Sebenarnya dukun Jokowi asal Solo sudah menanam kepala kerbau di Istana Bogor agar kekuasaan Jokowi tidak dilengserkan, karena Jokowi ketakutan minta bantuan dukun dari Bali,” papar Ki Gendeng. Kata Ki Gendeng, dukun Jokowi menanam kepala kerbau di Istana Bogor pada malam Jumat bulan Februari 2015. “Malam Jumat Kliwon itu dianggap punya nilai mistik, dan salah satu sudut Istana Bogor sudah ditanami kepala Kerbau,” papar Ki Gendeng. Ki Gendeng mengingatkan, cara Jokowi yang mempertahankan kekuasaan seperti itu justru akan mempercepat untuk lengser dari kekuasaan. “Tak lama lagi kekuasaan Jokowi akan lepas, tanda-tandanya sudah kelihatan,” pungkasnya.

Tancep kayon, apa yang di depan sang Kepala Negara, walau dari hasil blusukan, hanya formalitas untuk menyenangkan perut rakyat. Sekaligus mengenyangkan isi otak si pemegang kendali politik (baca bandar politik yang menyuruh Joko Widodo ikut Pilpres 2014). Jokowi tinggal melaksanakan skenario politik tanpa hak untuk bertanya, apalagi berdebat. Jokowi dalam berkaraoke politik tetap fokus mengkuti lirik di layar. Jangan berimprovisasi atau terlebih jangan jalan sendiri.


Ujar ki Dalang, sang Kepala Negara bingung bin linglung, dia berada di negara mana, negara milik siapa. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar