Artis
melacurkan diri, antara takut miskin dan takut kaya
Perjalanan karir dan nasib artis di Indonesia telah memasuki kuadran
“takut miskin dan takut kaya”. Tingkah laku, ulah maupun tabiat di kuadran ini,
semakin cemas memikirkan apa yang akan terjadi, malah semakin memacu dan memicu
tindakan yang di luar nalar.
Artis yang merintis karir mulai dari papan bawah, mulai dari titik nol
sampai artis karbitan, artis diorbitkan, artis dadakan, artis numpang beken
ketenaran orang tuanya, jadi artis tanpa mimpi jika sudah mendekam di kuadran
“takut miskin dan takut kaya” akan berganti jati diri secara total.
Lagu wajib berbasis hédonisme atau pandangan yang menganggap kesenangan
dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama dalam hidup mendominasi moral dan
mentalnya. Jangankan artis di panggung sandiwara yang serba gemerlap, kawanan
pekerja politik di industri politik yang sedang praktik sebagai penyelenggara
negara, mempunyai tips dan kiat sederhana untuk bertahan hidup dengan cara yang
berujung sebagai pelaku tipikor (tindak pidana korupsi).
Kalau artis melacurkan dirinya dengan menjual tubuhnya (atau
memanfaatkan fungsi bawah perut secara komersial untuk urusan perut), maka
kawanan pesuruh, kurir, petugas partai dengan melacurkan ideologi politiknya.
Siapa saja yang bisa, yang mampu memberi keuntungan bagi perusahaan yang
bernama partai politik, pasti akan awet
dan tahan lama. Akhirnya, urusan ideologi menjadi sekedar pelengkap
administrasi atau urusan terakhir.
Kedua profesi ini akan berisiko sama, akan berdampak mirip jika
tertangkap basah, tertangkap tangan, tertangkap kamera oleh pihak
berwajib.[HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar