Halaman

Jumat, 15 Mei 2015

artis melacurkan diri, antara takut miskin dan takut kaya

Artis melacurkan diri, antara takut miskin dan takut kaya

Perjalanan karir dan nasib artis di Indonesia telah memasuki kuadran “takut miskin dan takut kaya”. Tingkah laku, ulah maupun tabiat di kuadran ini, semakin cemas memikirkan apa yang akan terjadi, malah semakin memacu dan memicu tindakan yang di luar nalar.

Artis yang merintis karir mulai dari papan bawah, mulai dari titik nol sampai artis karbitan, artis diorbitkan, artis dadakan, artis numpang beken ketenaran orang tuanya, jadi artis tanpa mimpi jika sudah mendekam di kuadran “takut miskin dan takut kaya” akan berganti jati diri secara total.

Lagu wajib berbasis hédonisme atau pandangan yang menganggap kesenangan dan kenikmatan materi sebagai tujuan utama dalam hidup mendominasi moral dan mentalnya. Jangankan artis di panggung sandiwara yang serba gemerlap, kawanan pekerja politik di industri politik yang sedang praktik sebagai penyelenggara negara, mempunyai tips dan kiat sederhana untuk bertahan hidup dengan cara yang berujung sebagai pelaku tipikor (tindak pidana korupsi).

Kalau artis melacurkan dirinya dengan menjual tubuhnya (atau memanfaatkan fungsi bawah perut secara komersial untuk urusan perut), maka kawanan pesuruh, kurir, petugas partai dengan melacurkan ideologi politiknya. Siapa saja yang bisa, yang mampu memberi keuntungan bagi perusahaan yang bernama partai politik,  pasti akan awet dan tahan lama. Akhirnya, urusan ideologi menjadi sekedar pelengkap administrasi atau urusan terakhir.


Kedua profesi ini akan berisiko sama, akan berdampak mirip jika tertangkap basah, tertangkap tangan, tertangkap kamera oleh pihak berwajib.[HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar