ujaran kebencian telinga kiri ke
telinga kanan
Masih ingatkan kawan akan soal
ujaran kebencian (hate speech) yang
menjadi prioritas bidang garap Polri, mulai okober 2015.
Masih
segar dalam ingatan kita, betapa Revisi Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008
tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) mulai berlaku pada Senin, 28
November 2016. Hal ini menuntut masyarakat agar lebih berhati-hati di ranah
media sosial.
Di
dalam UU ITE itu dijelaskan bahwa masyarakat dilarang membuat dan menyebarkan
informasi yang bersifat tuduhan, fitnah, maupun SARA yang mengundang kebencian
dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK)
Yang
bisa dijerat bukan hanya yang membuat, tapi justru juga yang mendistribusikan
dan mentransmisikannya. Jangan mudah menyebar informasi yang bisa menimbulkan
kebencian terhadap kelompok tertentu. Kendati pihak tertentu seolah bisa bebas
berujar tanpa memikirkan dampaknya.
Terkait
ujaran kebencian, apakah karena kita lebih sering mendengarnya atau karena kita
memang gemar membaca. Sesuatu yang mudah terekam otak kita, karena daya tangkap
telinga kita atau daya serap mata kita untuk membaca.
Telinga
kita mewakili indra pendengaran dalam batas ambang suara tertentu. Hati atau
qalbu bisa sebagai alat pendengar sekaligus pendeteksi getaran di sekitar diri
kita.
Fungsi
dan peran telinga, tidak seperti kaki dan tangan yang ada batasan kanan dan
kiri. Kita tidak mampu mengatur agar telinga kanan untuk mendengar yang baik
dan benar saja. Telinga kiri untuk yang sebaliknya, atau sisanya. Tidak ada
kiatannya dengan malaikat pencatat perbuatan kita. Keunikan telinga, ketika
kita lelap, nyenyak, pulas tidur, telinga tetap bersiaga.
Belum
ada survei, jajag pendapat, kajian akademis atau bahasan saat kita menguping,
mengandalkan telinga kanan atau telinga kiri. Pernahkah terlintas di benak
kita, bahwa telinga protes karena beban kerja yang tidak sama. Tidur yang
dianjurkan adalah terlentang atau miring ke kanan. Saat posisi tidur miring ke
kanan, otomatis telinga kanan menempel ke bantal. Tentunya, telinga kiri kerja
ekstra. Masih banyak contoh bagaimana kita mendayagunakan telinga atau yang
secara tak langsung membedakan perannya.
Konon,
karena kotoran telinga kiri lebih banyak, lebih bau daripada kotoran telinga
kanan, telinga kiri protes, ajukan petisi dan mosi. Karena posisi kiri
menjadikan telinga kiri bak anak tiri. Apakah ada hubungan dengan yang punya
telinga yang menggunakan otak kanan atau otak kirinya. [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar