Halaman

Minggu, 18 Desember 2016

ujaran kebencian telinga kiri ke telinga kanan



ujaran kebencian telinga kiri ke telinga kanan

Masih ingatkan kawan akan soal ujaran kebencian (hate speech) yang menjadi prioritas bidang garap Polri, mulai okober 2015.

Masih segar dalam ingatan kita, betapa Revisi Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE) mulai berlaku pada Senin, 28 November 2016. Hal ini menuntut masyarakat agar lebih berhati-hati di ranah media sosial.

Di dalam UU ITE itu dijelaskan bahwa masyarakat dilarang membuat dan menyebarkan informasi yang bersifat tuduhan, fitnah, maupun SARA yang mengundang kebencian dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK)

Yang bisa dijerat bukan hanya yang membuat, tapi justru juga yang mendistribusikan dan mentransmisikannya. Jangan mudah menyebar informasi yang bisa menimbulkan kebencian terhadap kelompok tertentu. Kendati pihak tertentu seolah bisa bebas berujar tanpa memikirkan dampaknya.

Terkait ujaran kebencian, apakah karena kita lebih sering mendengarnya atau karena kita memang gemar membaca. Sesuatu yang mudah terekam otak kita, karena daya tangkap telinga kita atau daya serap mata kita untuk membaca.

Telinga kita mewakili indra pendengaran dalam batas ambang suara tertentu. Hati atau qalbu bisa sebagai alat pendengar sekaligus pendeteksi getaran di sekitar diri kita.

Fungsi dan peran telinga, tidak seperti kaki dan tangan yang ada batasan kanan dan kiri. Kita tidak mampu mengatur agar telinga kanan untuk mendengar yang baik dan benar saja. Telinga kiri untuk yang sebaliknya, atau sisanya. Tidak ada kiatannya dengan malaikat pencatat perbuatan kita. Keunikan telinga, ketika kita lelap, nyenyak, pulas tidur, telinga tetap bersiaga.

Belum ada survei, jajag pendapat, kajian akademis atau bahasan saat kita menguping, mengandalkan telinga kanan atau telinga kiri. Pernahkah terlintas di benak kita, bahwa telinga protes karena beban kerja yang tidak sama. Tidur yang dianjurkan adalah terlentang atau miring ke kanan. Saat posisi tidur miring ke kanan, otomatis telinga kanan menempel ke bantal. Tentunya, telinga kiri kerja ekstra. Masih banyak contoh bagaimana kita mendayagunakan telinga atau yang secara tak langsung membedakan perannya.

Konon, karena kotoran telinga kiri lebih banyak, lebih bau daripada kotoran telinga kanan, telinga kiri protes, ajukan petisi dan mosi. Karena posisi kiri menjadikan telinga kiri bak anak tiri. Apakah ada hubungan dengan yang punya telinga yang menggunakan otak kanan atau otak kirinya. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar