palagan
ideologi 2017, politik ayam vs ayam politik
Masyarakat Jawa percaya jika jago
kluruk (ayam jantang berkokok) di luar jam kerjanya, dimaknai dengan
multitafsir. Sengaja tidak saya ambil contohnya. Orang lupa kalau mata ayam, mampu mendeteksi
kehadiran makluk gaib.
Bangsa dan rakyat Cina termasuk mengagungkan ayam, masuk sebagai shio dan
urutan tahun. Tahun 2017 menurut kalender Cina masuk tahun ayam api.
Di Indonesia, ayam tidak sekadar bisa jadi lauk. Ada yang berani beli ayam
dengan harga hobi, karena suara kokoknya, karena warna bulunya, karena bisa
diadu. Kata ‘ayam’ memperkaya ungkapan bahasa Indonesia. Juga sengaja tidak
saya beri contohnya.
Praktiknya, melalui jalur politik seseorang bisa jadi penguasa secara de jure, secara konstitusional. De facto, di negara berkemajuan, dimana
aspirasi rakyat masih membutuhkan perantara, ternyata pelaku politik sudah
memposisikan diri. Terbukti betapa seorang kepala negara hanya dianggap sebagai
petugas partai.
Pihak mana saja jika sudah terjebak kubangan syahwat politik, dipastikan
sudah rela diri, ikhlas menggadaikan hati nuraninya. Yang seharusnya bertindak
menjadikan bangsa ini aman dan nyaman, malah praktik sebaliknya. Mulai pamer
prestasi sampai tindak ucap yang memancing, memacu dan memicu keonaran.
Akankah di tahun 2017, jika watak ayam merasuk ke jiwa pelaku, pemain,
pegiat, petugas partai, maka rakyat hanya jadi penonton belaka. [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar