Halaman

Rabu, 28 Desember 2016

palagan ideologi 2017, politik ayam vs ayam politik



palagan ideologi 2017, politik ayam vs ayam politik

Masyarakat Jawa percaya jika jago kluruk (ayam jantang berkokok) di luar jam kerjanya, dimaknai dengan multitafsir. Sengaja tidak saya ambil contohnya.  Orang lupa kalau mata ayam, mampu mendeteksi kehadiran makluk gaib.

Bangsa dan rakyat Cina termasuk mengagungkan ayam, masuk sebagai shio dan urutan tahun. Tahun 2017 menurut kalender Cina masuk tahun ayam api.

Di Indonesia, ayam tidak sekadar bisa jadi lauk. Ada yang berani beli ayam dengan harga hobi, karena suara kokoknya, karena warna bulunya, karena bisa diadu. Kata ‘ayam’ memperkaya ungkapan bahasa Indonesia. Juga sengaja tidak saya beri contohnya.

Praktiknya, melalui jalur politik seseorang bisa jadi penguasa secara de jure, secara konstitusional. De facto, di negara berkemajuan, dimana aspirasi rakyat masih membutuhkan perantara, ternyata pelaku politik sudah memposisikan diri. Terbukti betapa seorang kepala negara hanya dianggap sebagai petugas partai.

Pihak mana saja jika sudah terjebak kubangan syahwat politik, dipastikan sudah rela diri, ikhlas menggadaikan hati nuraninya. Yang seharusnya bertindak menjadikan bangsa ini aman dan nyaman, malah praktik sebaliknya. Mulai pamer prestasi sampai tindak ucap yang memancing, memacu dan memicu keonaran.

Akankah di tahun 2017, jika watak ayam merasuk ke jiwa pelaku, pemain, pegiat, petugas partai, maka rakyat hanya jadi penonton belaka. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar