Halaman

Sabtu, 31 Desember 2016

ketika rakyat gagal paham vs pemerintah menistakan wibawa sendiri



ketika rakyat gagal paham vs pemerintah menistakan wibawa sendiri

Rakyat yang bagaimana, apalagi yang tidak mengantongi sertifikat pendidikan politik pola beberapa jam pelajaran, yang layak distigma gagal paham. Apakah rakyat yang spontan menjambut kedatangan orang politik di kampung halamannya. Apakah rakyat di pedalaman ketika ditanya Jokowi : “siapa presiden RI?”. Tanpa koordinasi, mereka menjawab bak kor : “Bung Karno!  Merdeka!”. Jokowi malah terkekeh.

Mantan wapres dan juga mantan presiden yang justru akan mengenalkan Jokowi ke masyarakat, penasaran. Dengan lantang ysb tanya : “apakah kalian kenal saya?”. Di luar nalar politik, mereka malah tertawa terbahak-bahak. Lebih keras dari kekehannya sang presiden Jokowi. Kita tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya. Bisa saja kepala daerah ybs tidak bisa kena sanksi administrasi.

Berita di atas cuma humor politik akhir tahun 2016. Tanpa pamrih apapun. Tanpa pretense ideologi manapun. Kalau distigma sebagai ujaran kebencian, firnah, provokatif atau menistakan wibawa pemerintah, maka yang waras harus ngalah.

Jujur saja, selama tahun 2016, gonjang-ganjing politik dalam negeri didominasi lelucon politik. Menghadapi kemelut lokal, presiden terkadang malah urun komentar. Wakil presiden yang ahli celetuk, kesaing. Lebih heboh lagi. Media daring memang ciri khasnya memproduksi berita garing. Maunya menjilat tetapi sejatinya menghujat. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar