ketika rakyat gagal paham vs pemerintah menistakan wibawa sendiri
Rakyat yang bagaimana, apalagi yang tidak
mengantongi sertifikat pendidikan politik pola beberapa jam pelajaran, yang
layak distigma gagal paham. Apakah rakyat yang spontan menjambut kedatangan
orang politik di kampung halamannya. Apakah rakyat di pedalaman ketika ditanya
Jokowi : “siapa presiden RI?”. Tanpa koordinasi, mereka menjawab bak kor : “Bung
Karno! Merdeka!”. Jokowi malah terkekeh.
Mantan wapres dan juga mantan presiden
yang justru akan mengenalkan Jokowi ke masyarakat, penasaran. Dengan lantang
ysb tanya : “apakah kalian kenal saya?”. Di luar nalar politik, mereka malah
tertawa terbahak-bahak. Lebih keras dari kekehannya sang presiden Jokowi. Kita tidak
tahu apa yang terjadi selanjutnya. Bisa saja kepala daerah ybs tidak bisa kena
sanksi administrasi.
Berita di atas cuma humor politik akhir
tahun 2016. Tanpa pamrih apapun. Tanpa pretense ideologi manapun. Kalau
distigma sebagai ujaran kebencian, firnah, provokatif atau menistakan wibawa
pemerintah, maka yang waras harus ngalah.
Jujur saja, selama tahun 2016,
gonjang-ganjing politik dalam negeri didominasi lelucon politik. Menghadapi kemelut
lokal, presiden terkadang malah urun komentar. Wakil presiden yang ahli
celetuk, kesaing. Lebih heboh lagi. Media daring memang ciri khasnya
memproduksi berita garing. Maunya menjilat tetapi sejatinya menghujat. [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar