Halaman

Selasa, 20 Desember 2016

kilas balik manfaat revolusi mental, respon positif vs sentimen negatif



kilas balik manfaat revolusi mental, respon positif vs sentimen negatif

Tiap pemerintahan ingin membuat kesan peduli nasib bangsa dengan membuat ramuan Indonesia kuat. Tentu tak terkecuali di periode 2014-2019 diterbitkan resep revolusi mental. Konon, konsep rumusan ini merupakan perasan pengalaman masa lalu dan materi serapan dari pemikir dan pemakar untuk masa depan.

Kita masih ingat, betapa P4 di era Orde Baru seolah begitu ilmiah, terstruktur dan berhasil guna dan berdaya guna. P4 berbasis dan mengacu Pancasila Sakti. Penyelenggara negara wajib mengantongi sertifikat telah mengikuti kursus P4. Akhirnya, semasa zaman Orba, akan sulit ditemui siapa pancasilais sejati. Banyak yang merasa berhak.

Kini, Indonesia sebagai negara multipartai, masih banyak yang merasa berhak jadi pemimpin bangsa. Banyak yang merasa bisa berdiri di paling depan, mempraktikkan ing ngarso sung tulodo. Akhirnya malah mempraktikkan ing ngarso mumpung kuoso.

Agar tidak melantur kemana-mana, kembali ke pokok bahasan. Memang ironis, rakyat awam tahu benar dan betul, untuk apa dan untuk siapa jargon revolusi mental.

Apakah untuk penyelenggara negara, sehingga secara otomatis, serentak bertekad bulat berdiri di barisan paling depan, di belakang Jokowi-JK. Tentunya untuk mempertahankan kekuasaan masing-masing agar jangan tergusur dan tergeser sebelum jatuh tempo.

Sejarah sampai tengah periode 2014-2019 sudah mengindikasikan bahwa utang luar negeri Indonesia meningkat gemilang. Dibanding dua periode SBY.  [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar