Halaman

Minggu, 04 Desember 2016

Buah Lokal, Anak Tiri Di Negeri Sendiri



Buah Lokal, Anak Tiri Di Negeri Sendiri

Rahasia umum, ongkos antar jeruk Pontianak sampai ke tangan konsumen di ibukota negara Jakarta,  jauh lebih memakan biaya daripada impor jeruk mandarin dari RRC. Nasib yang sama menimpa sapi. Ongkos giring sapi NTT sampai Jakarta lebih mahal daripada dari Australia.

Rakyat di pelosok, dengan kadar keluguan yang kental didukung kecerdasan dan kearifan lokal, yang sadar manfaat buah, lebih gemar petik buah di pohon sendiri atau pohon orang lain. Mereka tak peduli akan tampilan buah yang tidak menarik. Kulit dekil, kusam, kotor, bisa dibersihkan. Mereka suka buah segar, alami. Ditarik mundur lagi, rakyat sadar pupuk kandang menghasilkan buah yang mampu menggoyang lidah.

Akibat gaya hidup, gaul, gengsi anak bangsa yang merasa bermartabat jika memakai, menggunakan, mengenakan serta mengkonsumi produk asing. Tampil pd (percaya diri) dengan dandanan dan busana trendy. Merasa berklas makan di rumah makan asing. Di dunia otomotif, bangsa Indonesia tidak bisa lepas dari penjajahan produk asing.

Bersyukur, pemerintah mulai bergairah mengampanyekan keunggulan buah lokal dengan tagline "Cinta Buah Nusantara". Lebih bersyukur lagi jika kebjakan pemerintah tidak sekedar meningkatkan kualitas komoditas buah lokal dari hulu hingga hilir. Tetapi juga menjaga impor buah asing agar tidak mendesak produk dan pasaran buah lokal.[HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar