Buah Lokal, Anak Tiri Di Negeri Sendiri
Rahasia umum, ongkos antar jeruk Pontianak sampai ke
tangan konsumen di ibukota negara Jakarta, jauh lebih memakan biaya daripada impor jeruk
mandarin dari RRC. Nasib yang sama menimpa sapi. Ongkos giring sapi NTT sampai
Jakarta lebih mahal daripada dari Australia.
Rakyat di pelosok, dengan kadar keluguan yang kental
didukung kecerdasan dan kearifan lokal, yang sadar manfaat buah, lebih gemar
petik buah di pohon sendiri atau pohon orang lain. Mereka tak peduli akan
tampilan buah yang tidak menarik. Kulit dekil, kusam, kotor, bisa dibersihkan. Mereka
suka buah segar, alami. Ditarik mundur lagi, rakyat sadar pupuk kandang
menghasilkan buah yang mampu menggoyang lidah.
Akibat gaya hidup, gaul, gengsi anak bangsa yang merasa
bermartabat jika memakai, menggunakan, mengenakan serta mengkonsumi produk
asing. Tampil pd (percaya diri) dengan dandanan dan busana trendy. Merasa berklas
makan di rumah makan asing. Di dunia otomotif, bangsa Indonesia tidak bisa
lepas dari penjajahan produk asing.
Bersyukur, pemerintah mulai bergairah mengampanyekan
keunggulan buah lokal dengan tagline "Cinta Buah Nusantara". Lebih
bersyukur lagi jika kebjakan pemerintah tidak sekedar meningkatkan kualitas
komoditas buah lokal dari hulu hingga hilir. Tetapi juga menjaga impor buah
asing agar tidak mendesak produk dan pasaran buah lokal.[HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar