Halaman

Jumat, 30 Desember 2016

Indonesia 2017, wajahmu padat merayap dan belok mendadak



Indonesia 2017, wajahmu padat merayap dan belok mendadak

Tidak ada tanda-tanda aneh sampai jelang akhir 2016. Hanya disayangkan, ada yang bangga dengan jumlah bencana sebagai rekor. Longsor, bencana paling mematikan yang bukan atas kemauan alam, akibat keserakahan manusia. Bencana meningkat berbanding lurus dengan bertambahnya kemiskinan.

Jangan lupa akan ujaran ki dalang Sobopawon, kalau suara rakyat, bahkan suara aparat desa tidak terdeteksi. Selain tukang warta yang jarang blusukan sampai pojok, sudut, pinggir, tepi Nusantara, dibilang ybs memang tidak gemar umbar fakta. Gema dari daerah sampai ke pusat, ke telinga yang berwajib hanya sayup-sayup nyaris redup. Semangat otonomi daerah menjadikan sibuk di tempat.

Lain cerita, sejauh ini bangsa kita adem-ayem menghadapi infiltrasi budaya asing lewat media massa maupun UU ITE yang mengaturnya. Biaya angkutan laut lebih murah dan meriah, walhasil buah impor, sapi bule, busana bekas berkualitas sampai limbah sampah B3 bebas melenggang kangkung masuk dan sampai pelosok. Pasar tradisional semakin terpuruk. 

Tak urung presiden Joko Widodo, dengan tegas, jelas, lugas menampik berita bahwa akibat persaingan bebas tenaga kerja, maka tanpa diundang berbondong-bondong, berduyun-duyun TKA masuk dengan santai, bebas visa. Berbusana wisatawan mancanegara, berbaur dengan pendahulunya yang secara historis sudah membaur dengan bangsa dan rakyat Indonesia. Berakhir sebagai pekerja kasar di berbagai daerah. Atau memperbanyak buruh/pekerja di tempat praktik  investor negaranya.

Jangan kuatir, manuver, modus operandi para pekerja, pelaku, pegiat, petugas partai di tahun 2017, ada yang kehabisan bensin, kurang angina. Ada yang menurunkan penumpang gelap. Tapi kebanyakan parpol penguasa negara sudah pada tahap komunikasi, koordinasi, kendali oleh pihak yang aneh, asing dan agak-agak. [Haen]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar