Halaman

Senin, 26 Desember 2016

2017 dan bayang-bayang ambisi politik 2019



2017 dan bayang-bayang ambisi politik 2019

Tampak bagai adagium, yaitu “belum meminang sudah menimang”. Bisa terjadi di dunia gaul anak zaman sekarang. Bukan akibat pergaulan bebas. Akibat demokrasi yang melegalkan bertindak jauh ke depan, tanpa SOP. Politik hamtam kromo. Persaingan antar anak bangsa untuk merebut sisa masa depan yang sudah dikapling-kapling oleh orang partai.

Jangankan wong cilik, bandot politik sekaliber apapun di Nusantara ini selalu was-was dengan masa depam karir politiknya.

Karepé mbilung, ada yang sibuk mematut diri, tanpa diminta mengajukan, memajukan yang dapat dilacak. Berkat modal, nama baik dari sono-nya ada yang mengorbitkan, mengkarbitkan keluarganya masuk bursa politik lokal. Sah-sah saja kawan, kita tidak boleh dengki. Misal rintisan mulai dari pembantu presiden, digadang periode berikutnya menjadi wakil presiden. Dst.

Secara nasional, banyak kejadian atau dampak kejadian diluar skenario 2014-2019. Dibilang berbanding terbalik antara praktik niat politik dengan kejadian manusiawi sampai peringatan alam,  memang masuk akal. Semakin orang partai berulah, bertingkah laku yang tidak menyenangkan, dampaknya semakin bervariasi. Bisa melonjak bagai deret ukur.

Di balik skenario pilkada serentak, terdeteksi adanya penyiapan masa depan politik oleh oknum yang jelas identitasnya.  Bukan gerakan politik atau gerilya politik. Tidak sekedar pengkaplingan Nusantara secara politis. Masih ada konspirasi internasional yang akan diberlakukan secara nyata, masif dan berkelanjutan. Mulai mencetak mata uang rupiah bercitra dunia, menggelar karpet merah untuk TKA, investor asing maupun membuka diri untuk diberdirikannya ormas asing. [Haen]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar