remaja kenyang cinta vs rakyat kenyang janji
Perjalan route terakhir menuju tempat kerja, memanfatkan jasa bis
metro mini. Jalur macet menuju lokasi yang sama dari pinggir kota. Dimeriahkan
dengan sebagai alur pengamen. Bis masih ngetem, bergantian pengamen jual
jasa suara melantunkan beberapa lagu plus tarik pajak. Penumpang gerah, sopir
bis ngobrol santai, ngopi dengan teman seprofesi.
Selama perjalanan, pengamen berbagai fraksi anak jalanan, datang
bergantian. Mereka punya kode etik, jika ada yang sedang beraksi di bis, yang
lain tidak akan menyerobot lahan yang sama. Pengamen bermodal tangan sampai
alat musik, minimal gitar berbagai versi. Terkadang pengamen ibu-ibu bawa anak kecil.
Sang ibu nyanyi dengan iringan ketukan telapak tangan, sang anak jelang lagu
usai, sibuk ambil jatah dari penumpang. Atau sebelum sang ibu menyayi, sang
anak bagi amplop kecil sambil “berdoa” kepada penumpang.
Pagi itu, entah kebetulan, pengamen mendendangkan lagu bertema
cinta. Pengamen anak-anak dengan full gaya, dandanan remaja sok gaul, girang
suara tema cinta meluncur bebas. Runyamnya, pengamen bapak-bapak, tampilan sok
seniman, dengan yakinnya menyayikan tema cinta remaja.Diakhiri dengan doa “ancaman”
bagi yang malas bayar pajak, seribu dua ribu.
Heran juga, masih ada lagu cinta. Dulu, memang pernah favorit. Lagu
melankolis, menyeret pendengar untuk mawas diri tentang cintanya. Aroma irama
dan cita rasa ndangdut tak mau ketinggalan, bahkan penampilan gaya bebas. Yang
penting goyangannya, bukan suara, laris sebagai hiburan rakyat. Hajatan
keluarga tak meriah dan kurang marak jika tak mengundang orgen tunggal plus goyang
ndangdut.
Kampanye politik jelang pesta demokrasi maupun pilkada, rakyat
datang bukan untuk menyimak pidato politik sang bakal calon apa saja. Daya
tarik kampanye justru pada atraksi, acara, adegan hiburan yang bebas sensor. Rakyat
mabuk bareng, kalau perlu tanpa senggolan dan adu mata, tanpa miras, bisa
berakhir dengan tawuran.
Akankah anak zaman sekarang yang cepat dewasa, cepat matang sebelum
waktunya, dipacu dan dipicu hormon dan adrenalin cinta melebihi dosis. Apakah
bertimbal balik dengan tantangan zaman. Budaya instan yang mewarnai daya juang
remaja, ditambah politik “bim-salabim” politisi yang berlaga di panggung,
industri dan syahwat politik, semakin mengentalkan tekad. Semua korban lagu
lama, dengan tema cinta dan/atau janji politik. Gak nyambung, komen
tetangga. [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar