Halaman

Kamis, 19 Mei 2016

remaja kenyang cinta vs rakyat kenyang janji

remaja kenyang cinta vs rakyat kenyang janji

Perjalan route terakhir menuju tempat kerja, memanfatkan jasa bis metro mini. Jalur macet menuju lokasi yang sama dari pinggir kota. Dimeriahkan dengan sebagai alur pengamen. Bis masih ngetem, bergantian pengamen jual jasa suara melantunkan beberapa lagu plus tarik pajak. Penumpang gerah, sopir bis ngobrol santai, ngopi dengan teman seprofesi.

Selama perjalanan, pengamen berbagai fraksi anak jalanan, datang bergantian. Mereka punya kode etik, jika ada yang sedang beraksi di bis, yang lain tidak akan menyerobot lahan yang sama. Pengamen bermodal tangan sampai alat musik, minimal gitar berbagai versi. Terkadang pengamen ibu-ibu bawa anak kecil. Sang ibu nyanyi dengan iringan ketukan telapak tangan, sang anak jelang lagu usai, sibuk ambil jatah dari penumpang. Atau sebelum sang ibu menyayi, sang anak bagi amplop kecil sambil “berdoa” kepada penumpang.

Pagi itu, entah kebetulan, pengamen mendendangkan lagu bertema cinta. Pengamen anak-anak dengan full gaya, dandanan remaja sok gaul, girang suara tema cinta meluncur bebas. Runyamnya, pengamen bapak-bapak, tampilan sok seniman, dengan yakinnya menyayikan tema cinta remaja.Diakhiri dengan doa “ancaman” bagi yang malas bayar pajak, seribu dua ribu.

Heran juga, masih ada lagu cinta. Dulu, memang pernah favorit. Lagu melankolis, menyeret pendengar untuk mawas diri tentang cintanya. Aroma irama dan cita rasa ndangdut tak mau ketinggalan, bahkan penampilan gaya bebas. Yang penting goyangannya, bukan suara, laris sebagai hiburan rakyat. Hajatan keluarga tak meriah dan kurang marak jika tak mengundang orgen tunggal plus goyang ndangdut.

Kampanye politik jelang pesta demokrasi maupun pilkada, rakyat datang bukan untuk menyimak pidato politik sang bakal calon apa saja. Daya tarik kampanye justru pada atraksi, acara, adegan hiburan yang bebas sensor. Rakyat mabuk bareng, kalau perlu tanpa senggolan dan adu mata, tanpa miras, bisa berakhir dengan tawuran.

Akankah anak zaman sekarang yang cepat dewasa, cepat matang sebelum waktunya, dipacu dan dipicu hormon dan adrenalin cinta melebihi dosis. Apakah bertimbal balik dengan tantangan zaman. Budaya instan yang mewarnai daya juang remaja, ditambah politik “bim-salabim” politisi yang berlaga di panggung, industri dan syahwat politik, semakin mengentalkan tekad. Semua korban lagu lama, dengan tema cinta dan/atau janji politik. Gak nyambung, komen tetangga. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar