Halaman

Senin, 23 Mei 2016

Indonesia bangun, bangkit dari buaian, bualan revolusi moral politik

Indonesia bangun, bangkit dari buaian, bualan revolusi moral politik

Konon, kata ki Dalang Notoboto, Indonesia sedang dilanda demam politik yang menerus. Oknum ketua umum sampai derajat ‘demam panas’, yaitu kata KBBI adalah penyakit demam yang menyebabkan penderitanya berubah atau kurang, hilang ingatan politiknya, karena panasnya yang meninggi. Pekerja politik yang telalu lama duduk manis dibangku cadangan, terpaksa menerima ‘demam panggung’ yaitu perasaan tidak tenang (gugup) pada waktu berada di atas panggung (pentas) politik. Sisanya, terpaksa pilih ‘demam puyuh’ yaitu demam pura-pura saja agar dikira sibuk diri. Ironisnya, tidak ada yang terindikasi ‘demam lapangan’. Akumulasi demam politik berwujud demam atau tergila-gila pada berhala Reformasi 3K (Kaya, Kuasa, Kuat).

Konon, obat kuat politik yang dijajakan gratis di jalanan sampai istana negara, ternyata menggunakan bahan baku yang sudah kedaluwarsa. Bahan baku apkiran yang tidak layak dikonsumsi. Tukang ramu, racik, rakit hanya mengandalkan daya endus citra rasa, pengharu-rasa dan citra diri. Penasihat spiritualnya cuma bermodal tampang berdaya hiba-hiba, yang ternyata menjebakkan diri sebagai tukang jual VCD porno bajakan. Dimulai dari jual jasa sebagai juru bebas pembajakan Pilipina. Namanya politik. Selain menawarrasakan gejolak bangsa, tersedia alternatif obat kuat politik, bisa dioleskan langsung, yang akan merangsang daya akal, daya logika, dan daya nalar politik.

Konon, musuh bersama bangsa, bahkan selalu bermunculan dalam selimut, dalam lipatan, tetap tidak menjadikan bangsa ini bersatu padu, bahu-membahu. Partai penguasa lebih gemar mengincar kelengahan, kelemahan lawan politik. Koalisi partai politik semakin membuktikan, ternyata tanpa obat kuat politik, tetap menampilkan badut politik dan serigala politik. Penyakit lama politik Nusantara, malah semakin kebal dengan berbagai jenis obat. Moral politik yang disandang hidup-hidup pekerja politik, malah melegalkan, menghalalkan, mengkonstutisionalkan berbagai modus operandi. Indonesia surplus pilot, semua pihak ingin pegang kontrol, komando, kendali Nusantara. Komoditas politik santun semakin langka. Politik berbasis moral hanya di atas kertas, tersurat sebagaI AD dan ART partai politik. Antara parpol jebolan Orde Baru dengan parpol dadakan, parpol muncul khusus peserta pesta demokrasi, nyaris tidak ada perbedaan.[HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar