Halaman

Minggu, 15 Mei 2016

kekerasan seksual, pembunuh generasi masa depan sebelum lahir

kekerasan seksual, pembunuh generasi masa depan sebelum lahir

Efek domino dari  berbagai asupan melalui panca indra yang berbahan baku “nikmat dunia”, yang dikonsumsi oleh semua lapisan masyarakat, segala tingkatan usia dan segenap strata pendidikan serta tak pandang gender, sudah menjadi sajian rutin media massa dan daya rusaknya sudah sampai pada tahap darurat nasional.

Pemerintah yang acap kebakaran jenggot, akhirnya jadi kebal terhadap berbagai kasus kejadian perkara. Korban berjatuhan, bahkan ada yang bilang dalam satuan jam terjadi kasus tertentu, reaksi yang terjadi di masyarakat malah bak perang saudara. Upaya pemerintah untuk meredam “perang pernyataan” antar elemen masyarakat, antar penyelenggara negara, antar ahli politik lokal, dengan mengalihkan isu ke kegentingan negara lannya yang sarat kepentingan politik.

Apakah karena secara nasional, partai politik kurang mampu menyiapkan calon pemimpin nasional, sehingga mereka tidak peka, kurang peduli, dan malas tanggap terhadap gerakan nyata menyiapkan generasi masa depan. Karena tidak masuk ranah politik, tidak bergengsi secara politis, tidak mendongkrak citra diri, atau kalau terpaksa melakukan, hanya sekedar basa-basi, seremonial. Takut karir politiknya ternoda, terhambat maupun nilai jualnya merosot tajam, minimal menggangu daya juang dan kinerja insting politiknya.

Ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan terhadap perjalanan hidup generasi masa depan sudah sedemikian sistematis, terukur dan dinamis. Kekerasan seksual yang menimpa anak, remaja atau cikal bakal generasi penerus masa depan bangsa, ibarat menghancurkan benih yang sedang tunas. Faktor penyebab tindak kekerasan seksual atau bagian dari penyakit masyarakat, tidak bersifat individual. Bedanya, karena ada tindakan yang legal, resmi, sesuai kebijakan lokal, tidak merugikan negara, berdaya tarik ekonomi sehingga malah perlu dilestarikan. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar