kekerasan
seksual, pembunuh generasi masa depan sebelum lahir
Efek domino
dari berbagai asupan melalui panca indra
yang berbahan baku “nikmat dunia”, yang dikonsumsi oleh semua lapisan
masyarakat, segala tingkatan usia dan segenap strata pendidikan serta tak
pandang gender, sudah menjadi sajian rutin media massa dan daya rusaknya sudah
sampai pada tahap darurat nasional.
Pemerintah
yang acap kebakaran jenggot, akhirnya jadi kebal terhadap berbagai kasus
kejadian perkara. Korban berjatuhan, bahkan ada yang bilang dalam satuan jam
terjadi kasus tertentu, reaksi yang terjadi di masyarakat malah bak perang
saudara. Upaya pemerintah untuk meredam “perang pernyataan” antar elemen
masyarakat, antar penyelenggara negara, antar ahli politik lokal, dengan
mengalihkan isu ke kegentingan negara lannya yang sarat kepentingan politik.
Apakah
karena secara nasional, partai politik kurang mampu menyiapkan calon pemimpin
nasional, sehingga mereka tidak peka, kurang peduli, dan malas tanggap terhadap
gerakan nyata menyiapkan generasi masa depan. Karena tidak masuk ranah politik,
tidak bergengsi secara politis, tidak mendongkrak citra diri, atau kalau
terpaksa melakukan, hanya sekedar basa-basi, seremonial. Takut karir politiknya
ternoda, terhambat maupun nilai jualnya merosot tajam, minimal menggangu daya
juang dan kinerja insting politiknya.
Ancaman,
tantangan, hambatan dan gangguan terhadap perjalanan hidup generasi masa depan
sudah sedemikian sistematis, terukur dan dinamis. Kekerasan seksual yang
menimpa anak, remaja atau cikal bakal generasi penerus masa depan bangsa,
ibarat menghancurkan benih yang sedang tunas. Faktor penyebab tindak kekerasan
seksual atau bagian dari penyakit masyarakat, tidak bersifat individual.
Bedanya, karena ada tindakan yang legal, resmi, sesuai kebijakan lokal, tidak
merugikan negara, berdaya tarik ekonomi sehingga malah perlu dilestarikan. [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar