Halaman

Sabtu, 21 Mei 2016

dilema daya dongkrak golkar, citra ketum vs citra partai

dilema daya dongkrak golkar,  citra ketum vs citra partai

Tak perlu diperdebatkan, fakta sejarah bahwa Golkar identik dengan dosa politik Orde Baru. Masuk babakan Refromasi, Golkar menyesuaikan diri menjadi partai politik. Selama Orba, Golkar menjadi pabrik menteri, tukang cetak gubernur, pemasok jabatan bupati/walikota sampai jabatan strategis, komersial, basah dan menjanjikan. Sekber Golkar sejak diresmikan keberadaannya 20 Oktober 1964, di zaman Orde Lama, sampai sekarang telah mengalami penyesuaian diri dengan lingkungan menjadi Partai Golongan Karya (PG), tetap memakai lambang pohon Beringin.

Hebatnya PG, di era Reformasi malah bisa mencetak parpol baru. Parpol sempalan Golkar ada yang tentunya mampu melahirkan ketua umum, bahkan ada yang berhasil menjabat jabatan presiden. Secara karir politik, ada yang melaju jadi wakil presiden. Tak perlu diuraikan, sudah jadi rahasia umum sampai periode pemerintah 2014-2019.

Pembuktian sejarah mendatang, setelah PG punya ketua umum baru, pasca konflik internal, sebagai bukti memang PG wadah petualang politik, mengakomodir pelaku, pemain, pekerja poliktik semua aliran karakter. Rekam jejak ketua umum periode baru ini, justru sebagai nilai jual oknum ybs. Ingatan rakyat tentang sepak terjangnya, tidak bisa begitu saja dilupakan. Atau dilupakan dengan cepat, karena di Nusantara, memang banyak pegiat politik yang lebih “aneh tapi nyata”.

Pengamat politik hanya melihat bagaimana PG berbaur dengan pemerintah Jokowi-JK. Apakah parlemen akan terkontaminasi. Bagaimana nasib koalisi yang tersisa. Menghadapi pesta demokrasi 2019, justru menjadi incaran utama PG tak diendus oleh pengamat politik. Bagaiman nasib pendukung dua kubu yang bikin kisruh internal PG, kita tunggu. Tepatnya bagaimana strukur organisasi PG, sebagai gambara nyata, apakah PG mengalami beban moral dari oknum Ketum-nya atau PG identik dengan pemerintah. Kita tunggu. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar