Halaman

Selasa, 03 Mei 2016

Indonesia dibangun kembali di atas puing masa depan bangsa

Indonesia dibangun kembali di atas puing masa depan bangsa

Semua kejadian perkara yang berbasis menu politik di Nusantara, jika diakumulasikan, diklasifikasikan, dikategorikan dengan bahasa agama, ternyata apa yang disinyalir telah hampir semua terjadi.

Mengkhianati kepercayaan sudah menjadi hal biasa, hal lumrah dalam kehidupan politik. Melanggar sumpah jabatan, dipandang sebagai dinamika dan konsekuensi logis. “Tega makan bangkai saudara sendiri” menjadi tema utama hiburan media kaca. Obral hujatan, caci-maki, jegal-menjegal, jagal-menjagal menjadi syarat baku agar tampak tampil sebagai pemuka sejati.

Katakanlah, apa yang tidak boleh diucapkan, dilarang untuk dilakukan, sesuai adat, budaya, norma, budi pekerti malah ditampilkan secara transparan, nyata, terang-benderang di depan publik.Menjadi gaya hidup, gaul, dan gengsi yang merasuki semua lapisan masyarakat, segenap strata sosial, segala batasan usia penduduk.

Bangsa Indonesia hanya melihat berbagai peristiwa dan kejadian sebagai sebab-akibat. Itupun dalam bingkai waktu di depan matanya. Kalkulasi politik di atas kertas menjadikan apa yang akan dilakukannya sah, legal, konstitusional. Bahasa politik mendominasi kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat. Periode 2014-2019 sebagai jalan pintas ataupun jalan normal, yang mau tak mau, bangsa ini akan terhanyut arus dan terbawa pusaran. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar