dicari, sosok pengusaha/bandar politik
nasional
Betapa naluri politik anak
bangsa mengunyah, mencerna makna dan manfaat politik lebih dikaitkan dengan
cara legal, konstitusional, sah secara semua hukum buatan manusia atau lokal, untuk
merebut kekuasaan agar dapat memerintah negara secara de jure dan de
facto. Eksistensi partai politik sebagai pelaksana adanya demokrasi yang
kita anut, kita peluk dengan rasa sadar yang menggelora. Indeks rasa sadar di
atas rasa sadar bangsa lain di ASEAN.
Jika ada perbedaan antara
formulasi demokrasi di atas kertas dengan berbagai kejadian perkara aktual,
faktual di jagad Nusantara, sebagai tanda dinamika kehidupan rakyat. Namanya
aspirasi rakyat, amanat penderitaan rakyat sebagai kondisi yang sulit diterima dan
diterjemahkan ke dalam bahasa politik. Inilah penyebab terjadinya politik
mengambang, kurang mengakar di hati sanubari rakyat. Parpol lahir atas kebutuhan
berbasis kepentingan “calon penguasa”, minimal oknum yang haus kekuasaan.
Ciri pergerakkan politik
Nusantara hanya di bidang datar. Sejarah, khususnya pasca Reformasi, membuktikan
hanya terdapat 3 (tiga) magnit yang mempengaruhi arah arus pusaran politik,
yaitu yang biasa disebut berhala Reformasi 3K (kaya, kuat, kuasa). Pelaku,
pemain politik yang ditempa kawah Candradimuka Orde Baru, tak bisa berbuat
banyak mengendalikan bias fatamorgana politik. Bekal “ilmu politik” adalah
tidak akan ada win-win solution, yang ada hanya win-win. Menang
dengan suara terbanyak dalam pesta demokrasi, menjadi mengendur karena praktik
politik transaksional, utawa politik dagang.
Singkat ulas, di Indonesia
sejak zaman doeloe dikenal adanya sindikasi (persekutuan, gabungan para
pengusaha, atau bahkan korporasi) yang berperan sentral di atas kekuasaan
formal. Bahkan di tingkat RT (Rukun Tetangga) terkadang ada kepala keluarga
yang tidak mau terlibat urusan RT.
Berbagai alasan, tidak bisa ikut ronda malam. Berbagai dalih, tidak bisa
aktif gotong royong. Namun bentuk kontribusinya malah sebagai bahan bakar jalannya ke-RT-an. Minimal bisa kontribusi pendapat,
saran. Dalam skala besar, terlebih Indonesia sebagai negara politik, akumulasi
RT se-Nusantara, tentu ada sosok atau korporasi utawa konglomerasi (keutuhan yang terjadi dari bermacam-macam unsur) sebagai pengusaha/bandar politik. [Haen]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar