Halaman

Sabtu, 07 Mei 2016

dicari, sosok pengusaha/bandar politik nasional

dicari, sosok pengusaha/bandar politik nasional

Betapa naluri politik anak bangsa mengunyah, mencerna makna dan manfaat politik lebih dikaitkan dengan cara legal, konstitusional, sah secara semua hukum buatan manusia atau lokal, untuk merebut kekuasaan agar dapat memerintah negara secara de jure dan de facto. Eksistensi partai politik sebagai pelaksana adanya demokrasi yang kita anut, kita peluk dengan rasa sadar yang menggelora. Indeks rasa sadar di atas rasa sadar bangsa lain di ASEAN.

Jika ada perbedaan antara formulasi demokrasi di atas kertas dengan berbagai kejadian perkara aktual, faktual di jagad Nusantara, sebagai tanda dinamika kehidupan rakyat. Namanya aspirasi rakyat, amanat penderitaan rakyat sebagai kondisi yang sulit diterima dan diterjemahkan ke dalam bahasa politik. Inilah penyebab terjadinya politik mengambang, kurang mengakar di hati sanubari rakyat. Parpol lahir atas kebutuhan berbasis kepentingan “calon penguasa”, minimal oknum yang haus kekuasaan.

Ciri pergerakkan politik Nusantara hanya di bidang datar. Sejarah, khususnya pasca Reformasi, membuktikan hanya terdapat 3 (tiga) magnit yang mempengaruhi arah arus pusaran politik, yaitu yang biasa disebut berhala Reformasi 3K (kaya, kuat, kuasa). Pelaku, pemain politik yang ditempa kawah Candradimuka Orde Baru, tak bisa berbuat banyak mengendalikan bias fatamorgana politik. Bekal “ilmu politik” adalah tidak akan ada win-win solution, yang ada hanya win-win. Menang dengan suara terbanyak dalam pesta demokrasi, menjadi mengendur karena praktik politik transaksional, utawa politik dagang.

Singkat ulas, di Indonesia sejak zaman doeloe dikenal adanya sindikasi (persekutuan, gabungan para pengusaha, atau bahkan korporasi) yang berperan sentral di atas kekuasaan formal. Bahkan di tingkat RT (Rukun Tetangga) terkadang ada kepala keluarga yang tidak mau terlibat urusan RT.  Berbagai alasan, tidak bisa ikut ronda malam. Berbagai dalih, tidak bisa aktif gotong royong. Namun bentuk kontribusinya malah sebagai bahan bakar jalannya ke-RT-an. Minimal bisa kontribusi pendapat, saran. Dalam skala besar, terlebih Indonesia sebagai negara politik, akumulasi RT se-Nusantara, tentu ada sosok atau korporasi utawa konglomerasi (keutuhan yang terjadi dari bermacam-macam unsur) sebagai pengusaha/bandar politik. [Haen]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar