Halaman

Selasa, 31 Mei 2016

nilai tawar partai golkar semakin tawar



nilai tawar partai golkar semakin tawar

Masuk babakan Reformasi, Golkar menyesuaikan diri menjadi partai politik. Melakukan penyesuaian diri dengan lingkungan dan dinamika zaman agar dosa politik bawaan zaman Orde Baru tidak menjadi beban kehidupan. Masa transisi berakibat proses alami perubahan bentuk berupa mrotoli, mrutuli, mreteli, mritili. Pensiunan militer yang mampu membaca gelagat politik maupun kader sipil yang bernyali, menyempalkan diri dari golkar dan mendirikan partai politik. Yang bertahan tidak serta merta loyalis , kader tulen atau penuh pertimbangan politik yang dilematis.

Kalangan militer yang mengikuti jejak penguasa tunggal Orde Baru, menjadikan golkar sebagai kendaraan politik, sehingga meraih dan merasakan sukses dunia. Dwifungsi ABRI, kekaryaan ABRI dan istilah heroik lainnya, menjadikan ABRI mendapat jatah kekuasaan sebagai pejabat publik. Bisnis milter ala Suharto tetap berjalan mulus. Politisi sipil dengan asas “sesuai petunjuk bapak presiden” agar aman di tempat.

Terbukti, jebolan, sempalan maupun alumni golkar, ada yang mampu berkibar dan sisanya hanya ahli berkoar menjadi pecundang politik di periode 2014-2019. Pasca badai internal, PG mempunyai ketua umum baru (tetap muka lama, hasil kaderisasi) yang diperkuat dengan kabinetnya. Hubungan PG (yang menghabiskan sisa periode sampai 2019) dengan pemerintah Jokowi-JK, bukan kontrak politik. Jauh dari politik transaksional. Menghadapi pesta demokrasi 2019, kekuatan kader PG cukup berimbang. Kalau ada yang tampak lebih, mempunyai nilai jual, bukan karena kadar politiknya. Mereka di-blow up media massa karena berbagai kasus yang sedang menjeratnya. Karena bahasa politik paling dominan dalam percaturan kehidupan berbangsa dan bernegara, tak ayal yang sedang bermasalah dengan hukum bias melenggang kangkung.

Akankah akan terulang cerdas politik dimana, yang mana, dari pada presiden Jokowi menggunaken PG sebagai kendaraan politiknya. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar