Halaman

Kamis, 05 Mei 2016

pasca 2014-2019, politik Nusantara diformat ulang dan bangkit dari titik minus

pasca 2014-2019, politik Nusantara diformat ulang dan bangkit dari titik minus

Kompetisi politik di periode 2014-2019 tidak ada indikasi adanya pemain berbakat. Tidak ada pola permainan, tanpa sajian pertandingan yang enak ditonton. Gaya pemain mengolah suasana batin rakyat nyaris hambar, hanya banyak sesumbar, berkoar dan menyalahkan penonton. Ironisnya, di bangku cadangan duduk manis calon pemain dengan berbagai modal.

Praktik antara koalisi partai pendukung pemerintah dengan oposisi tak ada perbedaan yang nyata. Semua pemain hanya mempertahankan posisinya agar jangan digeser kawan sepermainan. Semua jurus, cadangan ilmu dikerahkan untuk menjaga eksistensi, jati diri dan citra diri. Emanispasi politik telah terjadi tanpa kendali. Tidak ada batas tabu, larangan antara sepak terjang politisi pria dengan modus operandi politisi perempuan. Semua pemain tanpa pandang gender akan dikenai sanksi hukum yang sama. Semua pemai merasa kebal politik yang tak mempan sanksi hukum.

Daya juang pelaku, pemain, pekerja politik adalah untuk mewujudkan cita-cita partai dengan menjalankan kebijakan partai tanpa harus berfikir, tanpa harus mengkalkulasi berat ringan misi. Argo politik sejalan dan berjalan beriringan dengan argo rupiah. Masalah jauh dekat dengan rakyat, bukan ukuran kinerja. Yang penting tidak mbalelo terhadap kebijakan partai.

 Belum satu set, apalagi satu babak, terlebih setengah main, sudah banyak anak partai yang kehabisan enerji politik. Ada yang pilih pura-pura sibuk. Ada yang pakai cara hilir-mudik biar dikira aktif. Ada yang diskusi sambil bermain, agar tampak cerdas. Ada yang memilih zona aman dan nyaman. Tak kurang yang ambil posisi strategis sebagai penjaga gawang atau di barisan belakang.

Kadar dan pengejawantahan platform politik, landasan ideologi berbasis rasa nasionalisme, jiwa kebangsaan dan kenegaraan, nilai-nilai demokrasi, yang dimiliki bersama beberapa parpol menjadikan Nusantara dikapling-kapling secara politis, untuk menyalurkan hobi dan bakat pemain nasional. Diimbangi semangat otonomi daerah, menjadikan daerah provinsi, khususnya daerah kabupaten/kota menjadi ajang, lahan garapan pengembangbiakkan trah dan jenis unggul politik keluarga. Ironisnya, tidak ada puing-puing bekas kejayaan politik periode Jokowi-JK sebagai bukti sejarah. Walau ada fakta historis bahwa elit partai penguasa terbukti semakin adil, makmur dan sejahtera. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar