“kepada siapa negeri ini akan kutitipkan?”
(keluh imajiner Bung Karno)
Jelang tahun baru
imlek 2567 bersamaan 8 Pebruari 2016, proklamator sekaligus presiden RI
pertama, dikenal dengan julukan Bung Karno, menyambangi tanah air Indonesia. Mengingat
masa lalu, mau mendarat di kota kelahiran. Bung Karno bingung. Kota kelahiran
mana yang disebut, diakui oleh pemerintah sekarang. Peta wisata yang dibawanya
cetakan zaman Revolusi. Tidak bisa dipakai di zaman Reformasi.
Daripada bingung
pusing tujuh keliling, akhirnya BK memberanikan diri melacak tempat tinggal
anak keturunannya. Hasrat utama, niat dasar BK adalah ingin mengetahui
kehidupan politik anak keturunannya.
Apakah asas pandangan hidup mampu memahami ajaran BK.
Apakah asas sentuhan hidup mampu mempraktikkan ajaran BK.
Apakah asas pegangan hidup mampu mengembangkan ajaran BK.
Apakah asas perjuangan hidup mampu mewujudkan ajaran BK.
Apakah asas susah hidup karena fantasi mengandalkan,
membanggakan jasa BK.
Apakah asas tidak mau hidup-hidup karena keberatan nama
besar BK.
Sampai jelang azan
subuh, Bung Karno sudah mengumpulkan segerobak fakta otentik, orisinil tentang
kelakuan anak keturunannya. Sifat kenegarawanan yang timbul, BK meninggalkan
tulisan di fotonya, yang terpampang di dinding kandang banteng. Dengan bahasa
Belanda tentunya, yang diterjemahbebaskan menjadi sesuai judul di atas. [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar