Halaman

Rabu, 17 Februari 2016

dicari, pemain dan pelaku sejarah masa depan Indonesia

dicari, pemain dan pelaku sejarah masa depan Indonesia

Perjalanan hidup dan babakan kehidupan bangsa, negara dan masyarakat Indonesia, sejak presiden dipilih langsung oleh rakyat tahun 2004, tersegmentasi dalam periode lima tahunan. Tak salah jika rangkaian sejarah diramu, dirakit, dirangkai serta dibentuk, ditentukan oleh kinerja, kontribusi dan kiprah partai politik peserta pesta demokrasi. Jika pemain lama masih betah bertahan, tidak terjadi regenerasi, tak ayal secara langsung terjadi penurunan kualitas hidup. Regenerasi politik lebih diterjemahkan sebagai membagi dan menurunkan kekuasaan ke jalur keluarga, atau dikenal dengan istilah family system. Sah-sah saja, bahkan di negara angkara murka ada istilah klan, dinasti, atau sebutan khas lainnya.

Perjalanan hidup bangsa Indonesia memang linier, namun ditentukan oleh perjalanan waktu yang tak berulang, walau ada siklus harian yang rutin datang tiap sejak fajar berkibar. Tiap hari kita mengulang tindakan yang sama, tipikal, ritmis, sekaligus mengulang dosa yang sama. Semangat yang muncul ditentukan apakah awal pekan atau akhir pekan. Beda dengan pekerja harian, bak burung, berangkat sebelum terang tanah, pulang jelang gelap tanah, tembolok isi, kantong baju isi Rp.

Perjalanan sejarah Indonesia mengalami pasang surut tergantung bagaimana pelaku sejarah menjalankan perannya. Secara perseorangan, individu, muncul sosok pengisi sejarah Indonesia dengan tinta emas. Namun, walau prestasi sampai skala dunia, masih kalah pamor dengan gebrakan dan gegernya orang politik. Kendati tindakan orang politik masuk kategori pengisi sejarah Indonesia dengan tinta  hitam, menggores sejarah dengan arang, karena banyak jasa bagi partai politiknya, tetap diagung-agungkan. Menyandang gelar pelaku tipikor, atau minimal terbukti secara yuridis melanggar pasal, bahkan pasal berlapis hukum, berkat media massa bisa dianulir dan dilupakan sejarah.

Perjalanan peradaban bangsa, negara dan masyarakat, begitu wakil rakyat Nusantara dan kepala negara dilantik, langsung kebaca, terbaca bagaimana nasibnya. Periode 2014-2019 yang sarat dengan konspirasi politik, sejalan dengan asas éra mégatéga yang sesak, padat, masif dengan berbagai elemen mégakasus.

Terjadi pembiaran dan pembenaran politik, siapa nantinya yang akan turun gelanggang sudah bisa ditebak. Bukan masanya membeli kucing dalam karung.

Akankan, pemain dan pelaku sejarah masa depan Indonesia sebagai bagian integral, atau turunan biologis dan kelanjutan idiologis dari periode 2014-2019. Wallahu a’lam. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar