7 misteri angka 7 pada Joko Widodo
Sekedar ota-atik makna angka, secara
irasional memang ada yang patut dicerna dengan akal sehat, akal waras atau
rasional. Apa arti sebuah angka. Secara matematis, angka atau bilangan bisa
bicara. Angka 9 sebagai bilangan terbesar. Angka atau bilangan multitafsirnya
bisa melebihi kata.
Satu pekan, satu minggu terjadi dari 7
hari, dimulai dari hari Senin. Hari ahad sebagai hari ketujuh. Senin sebagai
hari pertama, orang masuk kerja dengan semangat baru dan energi terbarukan, namun
dengan beban mental malah paling besar.
Joko Widodo sebagai presiden RI ke-7,
atau hari ahad, hari minggu, saatnya orang istirahat atau sibuk dengan berbagai
urusan keluarga, urusan sambung rasa dengan kerabat sampai melakukan perbuatan
yang tidak bisa dilakukan tiap hari.
Jika angka/bilangan 9 didaulat sebagai
yang terbesar, maka Indonesia adil, makmur, sejahtera setelah memasuki presiden
RI ke-9. Betapa pemahaman masyarakat Yogyakarta atas mitos IX pada Sultan HB
IX.
Nama Joko Widodo lebih tersohor dengan
sebutan Jokowi, ternyata ada kaita erat dengan supremasi angka 7. Tentunya
harus memakai filosofi dan falsafah Jawa. Jawa Solo, kata orang.
Misteri utama dari angka 7 jika mendapat tambahan kata yang berkaitan dengan penggunaan angka, sehingga lebih bermakna yaitu “pitu+itung” = pitungan. Bahasa Indonesia : perhitungan. Betapa Jokowi dalam menyusun Kabinet Kerja harus memperhitungkan jasa para pendukungnya. Perhitungan Jokowi mleset, terpaksa kabinet dirombak. Kendati ada yang disasar rakyat, tetapi angka keamanannya tinggi atau berdampak pada kursi presiden, tetap duduk manis sebagai pembantu presiden.
Misteri utama dari angka 7 jika mendapat tambahan kata yang berkaitan dengan penggunaan angka, sehingga lebih bermakna yaitu “pitu+itung” = pitungan. Bahasa Indonesia : perhitungan. Betapa Jokowi dalam menyusun Kabinet Kerja harus memperhitungkan jasa para pendukungnya. Perhitungan Jokowi mleset, terpaksa kabinet dirombak. Kendati ada yang disasar rakyat, tetapi angka keamanannya tinggi atau berdampak pada kursi presiden, tetap duduk manis sebagai pembantu presiden.
Simbol angka 7, dibaca “pitu” menurut
lidah Jawa. “Pitu” tetap “pitu” menurut bahasa Jawa kromo inggil maupun ngoko.
Jika Joko Widodo disingkat menjadi Jokowi, kebalikan atau beda denga “pitu”.
“Pitu” bisa sebagai kata pertama dan akan bunyi atau mempunyai arti jika
ditambah dengan kata kedua. Bisa juga sebagai kata dasar. Bisa bermakna jika
ditambah awalan dan ditutup dengan akhiran. Namanya otak-atik angka, ilmiah
tidak ilmiah. Justru digabungkan dengan huruf/abjad menjadi misteri.
Misteri pertama, “pitu+lungan” = pitulungan.
Bahasa Indonesia :
pertolongan. Sudah kehendak sejarah
demokrasi Indonesia, Jokowi yang bukan ketua umum sebuah partai politik,
berkat pertolongan pihak yang berkepentingan, bisa diusulkan serta terpilih
menjadi presiden. Makanya posisi dan nilai tawar Jokowi tergantung dari
skenario konspirasi politik. Dalam negeri atau luar negeri, tak ada kaitannya
dengan misteri angka. Kata “lungan”, bahasa Indonesia : berpergian. Mirip
plesiran. Tak heran Jokowi gemar blusukan sehingga sering keblusuk.
Misteri kedua, “pitu+turut”
= piturut. Bahasa
Indonesia : dituruti. Otomatis, kampanye Trisakti dan Nawa Cita harus
direalisasikan liwat program/kegiatan pembangunan selama 2015-2019. Salah
kaprah, Jokowi harus jadi penurut atas kebijakan, petunjuk dan restu sponsor
politiknya, tepatnya pendahulunya.
Misteri ketiga, “pitu+tunjuk”
= pitunjuk. Bahasa
Indonesia : petunjuk. Mirip misteri kedua, jika tidak ada sinyal hijau, kereta
api cepat tidak akan berangkat. Walau penumpang sudah berjubel, bukan ngetem
seperti angkot. Tak ada kaitannya dengan akronim “obahing margo diatur”
(maaf, pembaca sudah tahu yang dimaksud). Soal mental priyayi. Ingat Harmoko di
zaman Orba, dikenal dengan jargon “atas petunjuk bapak presiden”.
Misteri keempat, “pitu+tutur”
= pitutur. Bahasa
Indonesia : perkataan, ucapan. Presiden siapa pun mana sempat menyusun pidato,
ada tim ahli penyusun pidato. Tinggal baca, tidak pakai improvisasi. Saat
diwawancarai oleh awak media, untungnya Jokowi dapat tukang uber berita asal
dapat berita.
Misteri kelima, “pitu+tuwah”
= pituwah. Bahasa
Indonesia : petuah, nasihat. Ironisnya, yang dinasihati, khususnya para
pembantu presiden, malah balik menasihati. Terutama dari kalangan parpol, tim
sukses dan relawan yang sedang naik daun. Posisi Jokowi malah sebagai pendengar
yang santun. Sesuai tata krama Jawa. Atau Jokowi mempraktikkan falsafah Jawa “sing waras ngalah”.
Misteri keenam, “pitu+elus”
= pitulus. Bahasa
Indonesia : penerus. Salah satu kewajiban dan kebajikan tak tertulis presiden
adalah menyiapkan generasi penerus, khususnya alih kepemimpinan nasional. Bukan
mengelus-elus pihak yang mendukungnya (semisal KP3), sekaligus mendupak yang
berseberangan, lawan politiknya.
Misteri ketujuh, “pitu+tuduh”
= pituduh. Bahasa
Indonesia : bimbingan. Presiden sesuai semboyan pertama Ki Hajar Dewantara
yaitu “ing ngarso sung tulodo”. Memberi bimbingan, bukan bombongan,
kendati kepada pihak pendukungnya. Tak heran, bimbingan mental memang perlu
diindoktrinasikan kepada penyelenggara negara dari kawanan parpolis yang
kontrak politik lima tahun, liwat ajaran Revolusi Mental.
Tancep kayon, kalau pitungkas
utawa amanat, misteri atau tidak. [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar