Halaman

Senin, 08 Februari 2016

jika Revolusi didukung pengorbanan pejuang tanpa pamrih maka Reformasi malah mencetak petualang banyak jabatan

jika Revolusi didukung pengorbanan pejuang tanpa pamrih
maka Reformasi malah mencetak petualang banyak jabatan

Konon, pasca lengser keprabon Bapak Pembangunan, Jenderal Besar Suharto sebagai presiden RI kedua, 21 Mei 1998, serta merta lapangan kerja terbuka luas, kesempatan berusaha terbentang lebar. Tak mau kalah dalam memanfaatkan kesempatan,  anak bangsa tanpa dikomando bebas sebebas-bebasnya, berlomba mendirikan partai politik. Pemilu 1997 sebagai bukti betapa menjadi kawanan parpolis Nusantara sebagai mata pencaharian pokok, utama, dan dominan.

Konon, sudah suratan sejarah, lapangan kerja terbuka ke atas, hanya menampung orang parpol, mulai dari pelengkap penderita sampai oknum ketua umum.

Konon, selama era Orde Baru, NKRI terpusat atau berorientasi pada sosok tunggal Suharto. Tidak ada matahari kembar. Namun siap dengan putera mahkota.

Konon, pasca Reformasi, orientasi NKRI bukan pada orang dan bukan juga berorientasi pada sistem. Walhasil, jangan diangankan bahwa ada kendali dan kontrol jarak jauh, ada campur tangan asing atau invisible hand.

Konon, Nusantara menjadi ajang kompetitif berbasis konspirasi politik internasional, menjadi palagan adu nyali antar kawanan parpolis berbasis konsep dan skenario mancanegara.

Konon, jangan iri, dengki, sirik dengan banyaknya orang sukses yang berbusana kebesaran partai politik. Acap menjadi obyek tayangan dan liputan langsung awak media masa berbayar. Muncul di berbagai acara kenegaraan, bahkan banyak yang tanpa malu memposisikan diriya sebagai RI-0,5. Minimal sebagai RI-1,5. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar