Halaman

Selasa, 09 Februari 2016

Indonesia membutuhkan kawan main politik

Indonesia membutuhkan kawan main politik

Pasca periode 2014-2019, tak ada hubungannya dengan eksistensi Jokowi-JK secara an sich atau ‘melekat pada dirinya’, Indonesia mengalami trauma politik. Sedemikian hebatnya, mendadak bangsa Indonesia bersatu padu. Tersadar. Tersadar akan kebodohannya mau menjadi korban politik bodoh yang dipraktikkan oleh KP3 atau kawanan parpolis Nusantara berbasis ideologi Rp.

Katakan sejujurnya, apa adanya, bahwasanya selama 2014-2019, bangsa Indonesia menjadi ajang konflik politik yang merupakan perpaduan antara salah urus dan salah orang. Puing-puing keserakahan politik nyaris merata sampai pojok kota dan sudut desa.

Sebelum kejadian tersebut terlanjur akan terjadi, tensi politik Nusantara harus diturunkan. Urusan bangsa dan negara disamakan dengan mengurus rumah tangga partai. Asas KUD zaman Orba muncul lagi yaitu Ketua Untung Duluan. Pelaku politik mengutamakan kiat bagaimana agar dapur partai tetap berasap. Agar roda ekonomi partai tetap eksis selama lima tahun.

Dari bulan ke bulan, triwulan sampai ke triwulan berikutnya, semester gasal dan semester genap bergantian datang, tengah periode, pemain politik seolah hanya sibuk di tempat. Namun, apapun dilakukan, agar tampak sebagai orang sibuk. Hiruk pikuk mengabdi kepada partai. Loyalis semu menjadi gincu.[HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar