Halaman

Minggu, 26 Juni 2016

ramuan tahan lama dan tahan kuat malu, racikan partai politik



ramuan tahan lama dan tahan kuat malu, racikan partai politik

Mungkin kita kurang menyadari atau kurang mampu menyerap hikmah bahwa Indonesia sebagai negara kepulauan, butuh tenaga ekstra untuk menjaganya. Kalau sepanjang pantai Nusantara dijaga dengan sistem pagar betis rakyat, entah berapa lapis yang terwujud.

Bagaimana ramahnya lautan saat menyambut nelayan berburu ikan. Bagaimana perasaan hutan ketika anak bangsa mengundulinya. Bagaimana rasa rendah dirinya anak bangsa menghadapi serbuan TKA, menghadapi masyarakat ekonomi ASEAN. Bagaimana harga diri bangsa ketika TKW/TKI menjadi budak di negera asing. Bagaimana ganas dan garangnya kawanan parpolis menghadapi lawan politik, seolah akan ditelan mentah-mentah, akan dilumat hidup-hidup.

Tukang survei, walau ada yang bayar gede, disinyalir kewalahan untuk mencari titik lemah mengapa, bagaimana, kena apa sampai SBY bisa bertahan 2 (dua) periode sebagai presiden. Sesuai kebijakan tentang masa jabatan presiden liwat pemilihan presiden. Heran juga, kalangan akademisi belum ada yang menjadikan 2 (dua) periode SBY sebagai bahan disertasi atau apapun stratanya. Tanpa diminta, banyak penjilat beraroma penghujat sekaligus penghujat beraroma penjilat, mampu membandingkan kesuksesan satu tahun Jokowi dengan 2 (dua) periode SBY. Ayo tepuk tangan.

Aturan main di panggung, industri, syahwat politik Nusantara, yang semula seolah sesuai asas pengkaderan di internal partai, dengan datangnya kutu loncat politik model ‘tinggal gelanggang colong playu’. Masa jabatan walikota belum tuntas, ikut pilgub dan berhasil. Jabatan gubernur belum jatuh tempo, ybs dijagokan oleh parpol tertentu ikut pesta demokrasi 2014, dan sukses.

Kisah sukses Jokowi, terhitung sebagai walikota Surakarta, menjadikan antrian kader politik porak peranda. Antisipasi yang dilakukan para oknum ketua umum partai politik adalah menambah kewenangan, hak prerogatif diberlakukan dengan cerdas dan gemilang.

Ingat iklan KB yaitu cukup 2 (dua) anak atau keluarga catur warga (ayah, ibu dan dua anak), disematkan di dada pejuang politik menjadi cukup 2 (dua) periode. Kondisi inilah yang menjadika oknum anak bangsa berani malu. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar