memanjakan rasa keterasingan terhadap diri sendiri
Di gardu jaga, tampak
seorang lelaki setengah baya, lelap terlentang. Diterpa matahari siang
langsung. Mungkin sudah kebiasannya, warga tak ada yang mengusik. Sang lelaki
juga tak terusik suasana dekat gardu, pedagang sayur keliling sibuk dikerumuni
ibu-ibu rumah tangga. Ibu rumah dengan busana daster, mengingatkan diri akan
zamannya.
Pandangan kita geser ke
jalan. Lelaki tua, lebih tua dari Indonesia, dengan celana pendek jalan santai
sambil olah raga tangan. Rambut putih gondrong, kaos nyaris dekil. Ketemu siapa
saja, tak mau menyapa. Jika ada yang menyapa, pak tua tampak bangga merasa ada
yang mengenal dirinya. Jalan kaki pagi dan sore dilakoni seperti hobi atau
sibuk berpikir sambil berjalan.
Jalan di kompleks tempat
tinggal, sudah dipasangi rambu-rambu lalu lintas. Memudahkan pergerakan
kendaraan dan pejalan kaki. Tak kurang warga sendiri yang melanggar, dengan alasan
jalan menuju rumahnya. Polisi tidur tak mengurangi pemotor untuk mengebut. Tak
jarang kita temui bangkai tikus tergeletak di tengah jalan. Di tepi jalan
berjajar tahi kucing dan anjing.
Warung rokok, taman, lebih
banyak anak didik SMA menongkrong dan menangkring dengan motornya. Gardu
listrik di malam hari ramai remaja segala usia dan jenis kelamin kumpul. Jika
diusir satpam RT, mereka pindah tempat. Begitu aman, datang kelompok lain
dengan maksud dan tujuan yang tidak berbeda.
Jamaah sholat lima waktu
di masjid, seolah sudah menjadi langganan tetap. Didominasi kaum sepuh. [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar