Halaman

Kamis, 02 Juni 2016

memanjakan rasa keterasingan terhadap diri sendiri



memanjakan rasa keterasingan terhadap diri sendiri

Di gardu jaga, tampak seorang lelaki setengah baya, lelap terlentang. Diterpa matahari siang langsung. Mungkin sudah kebiasannya, warga tak ada yang mengusik. Sang lelaki juga tak terusik suasana dekat gardu, pedagang sayur keliling sibuk dikerumuni ibu-ibu rumah tangga. Ibu rumah dengan busana daster, mengingatkan diri akan zamannya.

Pandangan kita geser ke jalan. Lelaki tua, lebih tua dari Indonesia, dengan celana pendek jalan santai sambil olah raga tangan. Rambut putih gondrong, kaos nyaris dekil. Ketemu siapa saja, tak mau menyapa. Jika ada yang menyapa, pak tua tampak bangga merasa ada yang mengenal dirinya. Jalan kaki pagi dan sore dilakoni seperti hobi atau sibuk berpikir sambil berjalan.

Jalan di kompleks tempat tinggal, sudah dipasangi rambu-rambu lalu lintas. Memudahkan pergerakan kendaraan dan pejalan kaki. Tak kurang warga sendiri yang melanggar, dengan alasan jalan menuju rumahnya. Polisi tidur tak mengurangi pemotor untuk mengebut. Tak jarang kita temui bangkai tikus tergeletak di tengah jalan. Di tepi jalan berjajar tahi kucing dan anjing.

Warung rokok, taman, lebih banyak anak didik SMA menongkrong dan menangkring dengan motornya. Gardu listrik di malam hari ramai remaja segala usia dan jenis kelamin kumpul. Jika diusir satpam RT, mereka pindah tempat. Begitu aman, datang kelompok lain dengan maksud dan tujuan yang tidak berbeda.

Jamaah sholat lima waktu di masjid, seolah sudah menjadi langganan tetap. Didominasi kaum sepuh. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar