Halaman

Minggu, 26 Juni 2016

ayo menumpang tua di Jakarta



ayo menumpang tua di Jakarta

Efek domino Jokowi yang berawal dari kalau mau jadi presiden harus ke Jakarta, terus bergulir di semua bidang kehidupan bermasyarakat. Tempo doeleo, daya tarik Jakarta yang juga karena sebagai ibu kota negara, sudah dirasakan oleh rakyat Indonesia. Jakarta bak magnet menarik pasir besi yang berserakan.

Diriwayatkan, orang desa, atau orang kota di kota kecil, tertarik dan bermodal apa saja siap mendulang Rp di Jakarta. Bahkan dalam skala internasional, Jakarta sebagai daerah tujuan utama tempat pembuangan berbagai barang haram, illegal, sampah.

Terbangunnya secara sengaja, berdaya politik tingkat super tinggi, berdedikasi tinggi apa yang didaulat sebagai upaya menambah luas daratan Jakarta, bukan sekedar “ada udang di balik batu”. Menambah daya tarik, daya hisap, daya cengkeram Jakarta.

Di era megatega, megakasus, megabencana 2014-2019, ketika semakin marak jalan tingkat, jalan susun, semangkin membuktikan bahwa Jakarta seolah bukan tempatnya orang miskin. Tengok pusat perbelanjaan modern, atau yang diatas tradisional, disesaki oleh calo pembeli maupun turis lokal. Di bulan Ramadhan, terjadi alih makna yaitu umat Islam “tarawih” dan “i’tikaf” di semua strata mall.

Kaum pendatang haram di Jakarta bukan sekedar mengadu nasib, mencari peruntungan, atau ikut kerabat yang sudah duluan sukses, tapi sudah menjadi mazhab bagaimana menumpang tua di Jakarta. Jakarta memang menyediakan “obat awet tua”, “obat tahan hidup miskin”, “obat tahan dan kuat malu”. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar