Halaman

Selasa, 21 Juni 2016

jangan ragu, serahkan urusanmu kepada Allah



jangan ragu, serahkan urusanmu kepada Allah

Menghadapi urusan dunia, manusia seolah tidak punya pilihan. Seperti mau tak mau harus diselesaikan, jangan dihindari. Mengambil suatu keputusan untuk bertindak, merasa sebagai hasil alternatif dan solusi yang terbaik. Ketika kita menjalani kehidupan, sebuah pilihan sesuai kata hati atau bisikan jiwa kita, tetapi setelahnya ternyata bukan pilihan tepat. Karena .mungkin, kita langsung menangkap dan memanfaatkan kesempatan pertama yang di depan mata. Atau mungkin kita lebih pilih mana yang lebih nyaman, aman dan dengan risiko minimal. Atau seolah kita mampu menerawang betapa nanti hasilnya. Mampu menakar keuntungan yang akan diraih.

Soal bagaimana menentukan pilihan, ada baiknya kita simak Firman Allah di Al-Qur’an yang maknaya adalah [QS Al-Baqarah  (2) : 216] : “Diwajibkan atas kamu berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”. Kita petik hikmah bahwa dampak pilihan berpulang kepada diri sendiri.

Tak salah jika waktu yang kita punyai terasa masih kurang. Semakin satu urusan terselesaikan menanti urusan berikutnya. Terkadang menyelesaikan suatu masalah, dengan kadar prfesional diri, seolah malah mendatangkan masalah lain. Kita sadari, kita semakin melangkahkan kaki, semakin masuk ke dunia yang serba bermasalah. Masalah tak kunjung henti. Ini semua dimungkinkan karena kita hanya fokus pada urusan dunia.

Lantas, bagaimana kita memilih dan memilah urusan, agar jangan seperti mengejar kita, bahka yang mengatur kita. Ternyata ada rumusannya, yaitu menyeimbangkan urusa dunia dengan urusan  akhirat. Urusan dengan Allah, terutama dan utama adalah komunikasi dalam bentuk sholat 5 waktu. Manajemen urusan tersurat dalam terjemahan [QS Alam Nasyrah (94) : 7] : “Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain”. Bisa juga dimaknai apabila kamu telah selesai mengerjakan urusan dunia maka kerjakanlah urusan akhirat. Ingat, dalam perjalanan dan pergantian waktu, utamakan urusan dengan Allah. Bahkan kita dalam kondisi apapun wajib ingat Allah.

Jangan diartikan bahwa ada batas, sekat, beda bagi waktu antara urusan dunia dengan urusan akhirat. Tak heran ada yang mengatakan untuk urusan akhirat, nanti setelah tua, setelah memasuki pensiun, atau kalau dikerjakan dalam skala harian nanti kalau ada waktu luang. Wajar kalau manusia ingin bersegera bisa berhubungan dengan orang lain untuk berbagai kepentingan dunianya. Ingin urusan cepat selesai, tidak makan waktu, tidak bertele-tele.

Akankah urusan dunia bisa dikerjakan secara paralel dengan urusan akhirat? Justru karena Allah-lah kita berbuat di muka bumi ini. Apapun yang kita lakukan semampu kita, secara loyal dan total, adalah ikhtiar melaksanakan perintah-Nya. Apapun yang tidak kita lakukan, kita hindari dengan sekuat upaya, sebagai wujud nyata menjauhi segala larangan Allah.

Masih ingatkah kita akan cuplikan sunnah Rasul, maknanya jika kita mendekat kepada Allah sejengkal, maka Allah akan mendekati kita  sehasta. Andai kita mendekat kepada Allah sehasta, maka Allah akan mendekati kita  satu depa. Kalau kita mendatangi Allah dengan berjalan, maka Allah akan mendatangi kita dengan berlari.

Akhir tulisan, bukannya kita melupakan untuk apa kita bekerja. Singkat kata perenungan ini sudah dijawab oleh Allah SWT melalui [QS Al Insyiqaaq (64) : 6] : “Hai manusia, sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh-sungguh menuju Tuhanmu, maka pasti kamu akan menemui-Nya.*)

*) Maksudnya: manusia di dunia ini baik disadarinya atau tidak adalah dalam perjalanan kepada Tuhannya. Dan tidak dapat tidak dia akan menemui Tuhannya untuk menerima pembalasan-Nya dari perbuatannya yang buruk maupun yang baik.

Kita sebagai hamba Allah yang akan kembali kepada-Nya, untuk urusan dunia maupun urusan akhirat, wajib berusaha dan berusaha secara total, soal hasil menjadi hak prerogatif Allah, hak mutlak Allah. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar