Halaman

Rabu, 22 Juni 2016

Indonesia maju karena sebagai negara beradab Bung!



Indonesia maju karena sebagai negara beradab Bung!

Namanya rakyat Bung, tanpa embel-embel, simbol, lambang atau tanda gambar, maupun atribut partai politik, pada hakikatnya masih mengutamakan dan mengedepankan rasa persatuan dan kesatuan. Guyub, rukun, damai, asas kekerabatan menjadi perekat antar rakyat yang mungkin serba beda. Bahkan rakyat Indonesia menjadikan tetangga sekian jumlah rumah di depan, di belakang, di samping kanan/kirinya sebagai saudara. Walau saudara kandung namun jauh di mata, tak pelak tetangga dekat sebagai tumpuan dalam hidup bersama melalui ikatan komunitas kerakyatan.

Ikatan teritorial, ikatan historis, ikatan silsilah turun temurun, ikatan asal usul, ikata satu nenek moyang, ikatan tradisional menjadikan rakyat merasa dalam satu ikatan.  Belum lagi beteng pertahanan hidup yang berupa kearifan lokal, kecerdasan lokal, kebudayaan lokal, yang siap dan sanggup menghadapi gempuran zaman yang berdaya rusak secara sistematis, menerus dan seolah modern.

Jangan heran Bung, kalau Indonesia bisa disebut sebagai kampung berbentuk negara, kampung besar. Terbukti sampai sekarang eksistensi DESA masih diperhitungkan dalam percaturan politik dalam negeri.

Bangsa dan rakyat Indonesia yang serba multi, acap diucap SARA (suku, agama, ras dan antar golongan), yang terpencar di sebagai negara kepuluauan, malah bisa menjadi indikasi kemajuan peradaban bangsa. Memang Indonesia bukan negara steril dari konflik, bebas dari titik retak bangsa. Jangan lupa Bung, agama langit maupun agama bumi yang minoritas, tetap bisa duduk sebangku bersama agama Islam yang mayoritas pemeluk dan penganutnya. Kalau ada agama langit/agama bumi menjadi mayoritas di suatu pulau, atau tingkatan pemerintahan, ternyata berlaku anarkis. Ternyata Bung, semua itu merupakan konspirasi internasional. Bom waktu maupun pekerjaan rumah peninggalan penjajah Belanda dan antek-anteknya. Masyarakat Jawa tetap mewaspadai budaya 5M utowo mo-limo yang merupakan simbol kemajuan bangsa barat yang masih digemari di Indonesia.

Konflik internal dalam tubuh agama Islam, memang sudah beberapa kali diisyaratkan oleh Rasulullah SAW, yang bisa kita simak liwat sunnah atau hadits Rasul.

Kekayaan keanekaragaman suku bangsa Indonesia justru menjadi modal awal, dan menerus bagi tetap terselenggaranya dan utuhnya NKRI Bung. Memang, secara formal konstitusional seolah kekuasaan negara, melalui system demokrasinya, seolah berada di tangan segelintir anak bangsa yang sedang kontrak politik lima tahunan. Tapi ingat Bung, jika rakyat bangkit . . . . [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar