Halaman

Jumat, 03 Juni 2016

latar belakang perampingan (struktur birokrasi+PNS+target pembangunan)



latar belakang perampingan (struktur birokrasi+PNS+target pembangunan)

Negara bisa dianggap sebagai keluarga besar, dapat diibaratkan sebagai organisasi besar, boleh dikatakan sebagai perusahaan besar. Jika tangan politik yang mengendalikan negara, apapun akan terjadi demi keuntungan politik. Memakai kaca mata politik untuk mengendalikan negara, merupakan akumulasi berbagai kaca mata, yang nota bene semakin terangkat dari akar kebidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Sejauh ini kita terbiasa menduga bahwa untuk melihat tingkah laku pelaku, pemain, pekerja politik jangan memakai kaca mata moral. Moral politik adalah loyalitas total pada kebijakan partai. Pejah gesang nderek partai, demi partai yang telah menghidupinya.

Negarawan bukan diukur dari kadar nafsu politik yang melampaui jiwa politiknya, untuk selalu berambisi mau, hendak, ingin, minat jadi presiden. Menjadi manusias Indonesia yang bermanfaat tidak harus jadi pemimpin, kepala, ketua, komandan atau sebutan lainnya. Banyak oknum kawanan parpolis yang tidak mengadop kompetisi olah raga ke dalam kompetisi politik.

Kawanan parpolis pemenang pertama pesta demokrasi dan berkesempatan berkuasa selama satu periode, wajar kalau begitu pasca disumpah/dilantik jadi penyelenggara negara, langsung berstrategi agar bias berlanjut diperiode selanjutnya. Bom waktu politik peninggalan periode 2014-2019 sudah bisa dirasakan sejak awal hari kerja pemerintahan Jokowi-JK. Bom waktu politik tingkat atau skala nasional, sudah terasa dampaknya. Hanya bangsa ini harus bersyukur, bahwa rakyat masih mempunyai tepo sliro. Masih melestarikan budaya ‘bangsa pemaaf’. Masih bisa menghargai jasa nenek moyangnya, menghormati jasa para pahlawannya.

Memang, perjalanan konstitusional bangsa dan negara di era megatega, megakasus 2014-2019 di tangan kawanan parpolis dengan mental, moral, jiwa hit and run.

Yang jelas pula, pelaku, pemain, dan pekerja politik, tidak tahu sedang memainkan tema apa. Tidak tahu sedang memerankan karakter apa. Tidak tahu sedang memainkan peran apa. Ironisnya, mereka tidak tahu apakah sedang bersandiwara atau sedang (melakukan adegan) apa?. [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar