Berfikir Sekarang, Bicara Besok
Mukmin
Beruntung
Salah satu dari tujuh buah sifat yang menjadikan orang-orang mukmin
beruntung di akhirat dan ketenteraman jiwa mereka di dunia, tersurat dan
tersirat dalam (QS Al
Mu'minuun [23] : 3) : “dan
orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada
berguna,”. Betapa perkataan telah menjadi perhatian Allah. Bahkan janji
Allah kepada orang mukmin, tersurat dalam (QS Al Mulk [67] : 12 dan13) : “Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya yang tidak
nampak oleh mereka, mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar. Dan
rahasiakanlah perkataanmu atau lahirkanlah; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui
segala isi hati.”
Gerak-gerik manusia dan perkataannya dicatat oleh para malaikat. Ucapan
dengan bahasa lisan harus dikontrol dengan cerdas. Segala ucapan yang keluar dari
hati maupun spontanitas, selalu ada pengawas yang mencatat. Ayat firman Allah
SWT tersurat dalam (QS Qaaf [50] : 18) : “Tiada suatu
ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang
selalu hadir.”
Menyoal perkataan yang tidak berguna, Rasulullah SAW menegaskan
dalam hadits : “Barangsiapa yang beriman pada Allah dan hari akhir maka
hendaklah berkata baik atau lebih baik diam.” (HR Bukhari Muslim)
Adab
berbicara sudah digariskan dalam ajaran agama Islam, dengan mengacu Al-Qur’an
dan Sunnah Rasul, bahkan menjadi syariat atau hukum yang wajib bagi umat Islam.
Artinya, untuk mulai pembicaraan maupun membalas kata lawan bicara, usahakan
melalui proses hati.
Dampak
Teknologi
Para
pakar, pemikir, peneliti dan ilmu umum pun telah merumuskan formula berbicara
yang benar dan baik. Kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), berdampak
pada kehidupan dan kemudahan berbicara. Komunikasi menjadi kebutuhan dasar
manusia.
Pejabat
publik, publik figur, korban bencana, tersangka atau siapa pun yang tampil di
TV, liwat acara dialog, diskusi, debat atau wawancara di lapangan, di era
Reformasi ini bukan untuk menyatakan kebenaran. Pewancara atau host,
dengan cerdas membolak-balik fakta, memberondong bintang tamu dengan pertanyaan
standar yang nyaris tidak berbobot. Ironisnya, host tidak bisa
menyimpulkan hasil obrolan dan obralan katanya, yang penting sensasi, pesan
sponsor, pemasukan, peringkat terpenuhi.
Dalam
kehidupan sehari-hari, dampak TIK tidak hanya pada lawan bicara, pada
masyarakat luas. Pembicaraan bisa tersebar luas dan dapat direkam, sebagai
bukti atau diputar ulang. Banyak pihak memanfaatkan
jargon yang menyebutkan “siapa menguasai media massa akan jadi raja”. Berkat
kemajuan TIK, seolah dunia ini tanpa batas jarak dan tanpa beda waktu. Jargon
dalam dunia komunikasi: "Siapa yang menguasai informasi, akan menguasai
dunia." Ungkapan ini dapat dibenarkan, karena secara objektif profesi apa
pun di dunia ini hampir tidak ada yang mampu melepaskan dirinya dari jeratan
TIK.
Interaksi
Sosial
Kata orang bijak “lidahmu, harimaumu, akan mengkerkah
kepalamu”. Luka fisik ada obatnya, bisa sembuh, luka akibat lidah sulit
disembuhkan, akan membekas dibawa mati.
Hubungan antar manusia, umat Islam dituntut untuk bisa bergaul dengan santun
di tengah masyarakat. Rasulullah SAW bersabda: “Seorang mukmin yang berbaur
dengan masyarakat dan bersabar terhadap gangguan dari mereka, itu lebih besar
pahalanya daripada mukmin yang tidak berbaur dengan masyarakat dan tidak
bersabar terhadap gangguan mereka”. (HR Bukhari)
Kita sadar jangan sampai masuk kategori pengganggu. Pasif dalam pergaulan,
kita bisa senyum kepada lawan bicara, sapa dan salam pada orang yang kita
jumpai [HaeN].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar