Halaman

Kamis, 02 Januari 2014

Berfikir Sekarang, Bicara Besok



Berfikir Sekarang, Bicara Besok

Mukmin Beruntung     
Salah satu dari tujuh buah sifat yang menjadikan orang-orang mukmin beruntung di akhirat dan ketenteraman jiwa mereka di dunia, tersurat dan tersirat dalam  (QS Al Mu'minuun [23] : 3) :  dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna,”. Betapa perkataan telah menjadi perhatian Allah. Bahkan janji Allah kepada orang mukmin, tersurat dalam (QS Al Mulk [67] : 12 dan13) : “Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Tuhannya yang tidak nampak oleh mereka, mereka akan memperoleh ampunan dan pahala yang besar. Dan rahasiakanlah perkataanmu atau lahirkanlah; sesungguhnya Dia Maha Mengetahui segala isi hati.”

Gerak-gerik manusia dan perkataannya dicatat oleh para malaikat. Ucapan dengan bahasa lisan harus dikontrol dengan cerdas. Segala ucapan yang keluar dari hati maupun spontanitas, selalu ada pengawas yang mencatat. Ayat firman Allah SWT tersurat dalam (QS Qaaf [50] : 18) : “Tiada suatu ucapanpun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir.

Menyoal perkataan yang tidak berguna, Rasulullah SAW menegaskan dalam hadits : “Barangsiapa yang beriman pada Allah dan hari akhir maka hendaklah berkata baik atau lebih baik diam.” (HR Bukhari Muslim)

Adab berbicara sudah digariskan dalam ajaran agama Islam, dengan mengacu Al-Qur’an dan Sunnah Rasul, bahkan menjadi syariat atau hukum yang wajib bagi umat Islam. Artinya, untuk mulai pembicaraan maupun membalas kata lawan bicara, usahakan melalui proses hati.

Dampak Teknologi
Para pakar, pemikir, peneliti dan ilmu umum pun telah merumuskan formula berbicara yang benar dan baik. Kemajuan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK), berdampak pada kehidupan dan kemudahan berbicara. Komunikasi menjadi kebutuhan dasar manusia.

Pejabat publik, publik figur, korban bencana, tersangka atau siapa pun yang tampil di TV, liwat acara dialog, diskusi, debat atau wawancara di lapangan, di era Reformasi ini bukan untuk menyatakan kebenaran. Pewancara atau host, dengan cerdas membolak-balik fakta, memberondong bintang tamu dengan pertanyaan standar yang nyaris tidak berbobot. Ironisnya, host tidak bisa menyimpulkan hasil obrolan dan obralan katanya, yang penting sensasi, pesan sponsor, pemasukan, peringkat terpenuhi.

Dalam kehidupan sehari-hari, dampak TIK tidak hanya pada lawan bicara, pada masyarakat luas. Pembicaraan bisa tersebar luas dan dapat direkam, sebagai bukti atau diputar ulang. Banyak pihak memanfaatkan jargon yang menyebutkan “siapa menguasai media massa akan jadi raja”. Berkat kemajuan TIK, seolah dunia ini tanpa batas jarak dan tanpa beda waktu. Jargon dalam dunia komunikasi: "Siapa yang menguasai informasi, akan menguasai dunia." Ungkapan ini dapat dibenarkan, karena secara objektif profesi apa pun di dunia ini hampir tidak ada yang mampu melepaskan dirinya dari jeratan TIK.

Interaksi Sosial
Kata orang bijak “lidahmu, harimaumu, akan mengkerkah kepalamu”. Luka fisik ada obatnya, bisa sembuh, luka akibat lidah sulit disembuhkan, akan membekas dibawa mati.

Hubungan antar manusia, umat Islam dituntut untuk bisa bergaul dengan santun di tengah masyarakat. Rasulullah SAW bersabda: “Seorang mukmin yang berbaur dengan masyarakat dan bersabar terhadap gangguan dari mereka, itu lebih besar pahalanya daripada mukmin yang tidak berbaur dengan masyarakat dan tidak bersabar terhadap gangguan mereka”. (HR Bukhari)

Kita sadar jangan sampai masuk kategori pengganggu. Pasif dalam pergaulan, kita bisa senyum kepada lawan bicara, sapa dan salam pada orang yang kita jumpai [HaeN].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar