Halaman

Minggu, 19 Januari 2014

MULTI PARTAI DAN .....

Kamis, 13/03/2003 14:32

KOBARKAN SEMANGAT "AA GYM" : MULTI PARTAI DAN .....

Herwin Nur

MULTI PARTAI DAN MUTILASI PARTAI POLITIK 
 Banyak orang merasa yakin atas kemampuandirinya untuk menjadi nahkoda kapal NKRI. Pertimbangan yang paling sederhana yaitu karena mempunyai setumpuk akal dan sedikit vocal. Jika partai politik dianggap sebagai sekolah calon presiden, sebagai mesin pencetak calon presiden, sebagai dealer resmi calon presiden, sebagai agen penyalur tunggal calon presiden, sebagai makelar jual beli calon presiden, sebagai pemegang paten hak calon presiden, sebagai penyedia jasa calon presiden, sebagai jalan pintas dan potong kompas untuk menjadi presiden, sebagai satu-satunya mekanisme pemroses calon presiden - maka tak perlu heran bin bengong kalau banyak orang mulai dari yang kutu buku sampai kutu loncat mendirikan partai politik. 
 
Sistem pendidikan politik lebih banyak malah bisa melihat praktek nyata yang terjadi di mana saja. Ditarik garis lurus atau benang merah dari praktek politik di NKRI memang susah dibuat rumusannya. Keberhasilan seorang politikus sampai jenjang presiden pun, kalau dipakai orang lain belum tentu gemilang, bahkan sebaliknya. Atau bisa juga perjalanan politik seseorang hanya biasa-biasa saja, hanya garis tangannya yang lurus dan lempeng menuju pucuk dan puncaknya. Multi partai dicetak karena mengantisipasi heterogenitas landasan idiologis parpol sekaligus memprediksi homogenitas konflik akibat sebagai perjalanan fungsi uang. 
 
Terbukti keterpurukan di bidang ekonomi diimbangi dengan keterperosokan di bidang politik. Tingkat kesadaran rakyat akan artinya partai politik sudah sampai titik jenuh, suatu kondisi yang sudah bisa membedakan mana kucing dalam karung, mana kambing hitam; siapa saja buaya berdasi, siapa saja musang berbulu ayam. Masalah aspek humanitas dalam proses berpolitik secara benar dan baik, hanya dapat dibiakkan jika proses tersebut mengilhami rakyat untuk menjadi dirinya sendiri secara berdaulat serta saling menghargai dalam keanekaragaman budaya. Minimalnya rakyat perlu adanya panutan, perlu suatu sistem dalam mengelola konflik politik - dalam berbangsa, bernegara dan bermasyarakat - menghargai pluralisme dan bersikap adil, serta mengentalkan empati kemanusiaan. Menyikapi lawan main dalam koridor mencari win-win solution sebagai wacana politik, bukannya memreteli dan memrotoli parpol. Koalisi ataupun kanibalisasi parpol malah membuktikan adanya mengelak dari tanggung jawab moral atas masa depan bangsa. Wacana politik selama ini yang diharapkan melepaskan tekanan politik sebagai beban hidup rakyat justru menumbuhkembangkan penindasan yang mengatasnamakan poltitik. Kehidupan berpolitik telah menyuburkan high cost yang merupakan saudara dekat dari KKN. Bersiap-siaplah anak cucu kita menanggung dosa masa depan. (hn)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar