Halaman

Jumat, 03 Januari 2014

Makmurkan Masjid Sejak Usia Dini

Humaniora     Dibaca :253 kali , 0 komentar

Makmurkan Masjid Sejak Usia Dini

Ditulis : Herwin Nur, 08 April 2013 | 20:32
Perintah Allah 
Motivasi memakmurkan masjid (secara fisik) di Indonesia secara historis sangat bervariasi, mulai membangun bangunan masjid sebagai karya arsitektur yang monumental, dalam skala tuhan, menjadi jati diri bangsa (masjid Istiqlal di Jakarta), atau menjadi nilai jual suatu provinsi, menjadi obyek wisata relijius. Bahkan di suatu provinsi, umat Islam merasa wajib di tiap kecamatan memiliki masjid raya. Sampai kita lihat masjid bak pasar tradisional,  denyut kemanfaatannya tak pernah surut, walau standar fasilitasnya minimal.

Perintah memakmurkan masjid sudah ditegaskan oleh Allah, sebagaimana terjemahan [QS At Taubah (9) : 18] :Hanya yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah, maka merekalah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.”

Memakmurkan masjid dalam artikel ini adalah menegakkan sholat fardhu secara berjamaah di masjid. Dampaknya pada memperkuat ukhuwah Islamiah, meraih keberkahan dan pahala.

Modal awal iman seseorang, tergantung faktor keturunan, dalam arti menjadi Islam karena keturunan atau pengaruh orangtuanya. Faktor ajar, santapan, siraman dan asupan rohani, atau berbagai ikhtiar mengkualitaskan iman sebagai kebutuhan. Menentukan agama anak sangat tergantung peran orangtuanya, seperti riwayat dari Abu Hurairah r.a berkata, Rasulullah saw telah bersabda: “Tidaklah setiap anak yang lahir kecuali dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua orangtuanyalah yang akan menjadikannya sebagai Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Seperti hewan melahirkan anaknya yang sempurna, apakah kalian melihat darinya buntung (pada telinga)?”

Iman kepada Allah, membutuhkan tiga unsur anggota badan yang tidak bisa dipisahkan satu sama lainnya, yaitu hati, lisan dan anggota badan. Iman bawaan sejak lahir, apakah akan semakin mantap sejalan dengan pertambahan usia, apakah akan semakin teguh sesuai perjalanan waktu manusia. Pengorbanan apa saja yang harus kita lakukan dalam memakmurkan masjid (rumah Allah di dunia). Apakah setelah menginjak usia wajib sholat, seorang anak baru wajib memakmurkan masjid.

Sejak Dalam Kandungan
Rangkaian pendidikan agama sejak dini.  Memang tidak diwajibkan bagi kaum perempuan untuk menghadiri shalat maktubah (shalat fardhu) secara berjamaah, bukan berarti jauh dari masjid, dapat mengikuti kegiatan keagamaan di masjid. Masih banyak cara dan jalan menjadi ahli ibadah. Jika perempuan dibolehkan untuk shalat berjamaah di masjid, dibolehkan pula baginya untuk melakukan shalat sunnah di masjid selama aman dari fitnah dan terpenuhi syarat yang ditetapkan.

Pemberian  stimulan pada bayi dalam kandungan dapat meningkatkan potensi anak sejak dalam rahim. Pendidikan pranatal dalam tinjauan pedagogis Islami adalah upaya pendidikan yang dilakukan sejak anak masih berada dalam kandungan sampai anak tersebut lahir sesuai ajaran Islam.

Mengenalkan ajaran agama sejak dini sebagai salah satu metode dalam pendidikan pranatal. Suara ibunya sebagai suara pertama yang didengar dan direkam. Ibu dapat memberi stimulasi pada bayinya dengan membacakan ayat suci Al-Qur’an. Membiasakan anak mendengarkan kalimat tauhid. Mensuplai ruh Al-Qur’an pada hati dan cahaya Al-Qur’an pada pikiran anak dalam kandungan, diharapkan anak akan lahir dan tumbuh sesuai fitrahnya.

Keluarga sebagai sekolah pertama bagi anak, peran ibu sebagai guru pertama pembentukan akhlak anak. Dukungan pendidikan formal, tidak sekedar menstransfer ilmu pengetahuan, juga wajib melakukan pembinaan kepribadian. Kurikulum yang diharapkan merupakan perpaduan ilmu umum dan ilmu agama.[Herwin Nur/wasathon.com]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar