Halaman

Jumat, 17 Januari 2014

Sinergi Umat Islam Atasi Bencana

Humaniora     Dibaca :229 kali , 0 komentar

Sinergi Umat Islam Atasi Bencana

Ditulis : Herwin Nur, 27 Januari 2013 | 10:58

Kondisi Aktual
Pasca banjir, korban atau yang terkena dampak meratapi nasib, tak kurang yang mengkutuk keadaan. Walau luput dari tayangan layar kaca, kesibukan relawan dengan semangat gotong royong dan rasa peduli, berjibaku melawan deras dan dalamnya banjir.

Para ahli dan pakar memanfaatkan momentum banjir Jakarta dengan berwacana bahwa ibukota negara harus pindah. Kebijakan Pemerintah maupun kinerja pemerintah daerah dianggap hanya di atas kertas saja. Kontradiksi dengan media massa negara sahabat, mereka memberitakan banjir secara cerdas, jujur dan bermartabat.

Banjir sebagai simbolisasi reaksi alam terhadap tindakan manusia dalam mengelola lingkungan yang tidak berlandaskan hablum minal 'alam (hubungan dengan alam sekitar). Allah SWT telah mengingatkan hamba-Nya melalui (QS Ar Ruum [30]:41) : “Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”.

Banjir bukan fenomena alam, melainkan dampak dari akumulasi perbuatan tangan manusia. Manusia secara sadar mengabaikan siklus hidrogi yang bersifat universal. Banjir dan kekeringan bergantian datang bertamu, singgah dan menginap di negara kita.

Payung Hukum
UU 24/2007 tentang “Penanggulangan Bencana” telah menyuratkan dan menyiratkan a.l. Mitigasi adalah serangkaian upaya untuk mengurangi risiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupun penyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman bencana.

Bencana adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan/atau faktor nonalam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

Makna bencana, bisa cobaan , teguran atau mungkin malah  azab dari Allah SWT. Bencana menimpa di tingkat komunitas, berdampak pada beberapa komunitas pada saat bersamaan,  disebut sebagai “garis depan bencana (disaster front)”. Masyarakat terkena bencana sebatas pada manusia yang mengalami kerugian akibat bencana, baik secara fisik, mental, maupun sosial.

Jadi, Mitigasi Bencana dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana dilakukan untuk mengurangi risiko bencana bagi masyarakat yang berada pada kawasan rawan bencana, atau sebagai penyelenggaraan penanggulangan bencana pada tahapan prabencana.

UU 24/2007 menjelaskan bahwa kegiatan mitigasi dilakukan melalui:
1.   pelaksanaan penataan tata ruang;
2.   pengaturan pembangunan, pembangunan infrastruktur, tata bangunan; dan
3.  penyelenggaraan pendidikan, penyuluhan, dan pelatihan baik secara konvensional    maupun modern.

Dirasakan, bahasa dewa dipakai untuk merumuskan kegiatan mitigasi, perlu dukungan tata cara pelaksanaannya, operasionalisasi di lapangan. Kata kunci : kawasan rawan bencana dan tahapan prabencana, membutuhkan terjemahan nyata.

Langkah Proaktif
Mayoritas penduduk Indonesia beragama Islam, secara kuantitas sebagai modal dasar terselenggaranya 3 butir kegiatan mitigasi, walau masih di awang-awang. Ketiga butir tersebut menjadi satu sistem, saling mempengaruhi dan bersifat dinamis.

Strategi mitigasi bersifat dinamis, karena berubahnya karakter penyebab bencana. Perubahan strategi penting dilakukan mengingat masyarakat biasanya merespons penyebab bencana berdasarkan jejak rekam secara periodik, misal menganggap adanya banjir lima tahunan.

Sinergi umat Islam berdasarkan prinsip, yaitu: 1) fokus pada berbagai upaya pencegahan sejak dini terhadap potensi bencana; 2) berdayakan sumber daya yang dapat menghindarkan bencana; 3) jika tidak bisa dilakukan secara total, jangan cari solusi lain,  serta 4) pilih dan pilah alternatif yang paling sedikit atau kecil risikonya.[Herwin Nur/Wasathon.com]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar