Budaya
Instan
Niatan
untuk menggabungkan pelaksanaan pemilihan legislatif dengan pemilihan presiden
tahun 2014, apa pun alasan dan dalihnya, semakin membuktikan bahwa bangsa
Indonesia penganut budaya instan.
Mulai
generasi muda yang bermodal minimal, ingin hasil yang optimal. Pagi berangkat
kerja, pulang sore membawa Rp. Atau ikut lomba pencari bakat agar tersohor.
Buruh/pekerja mengandalkan jumlah turun ke jalan, menekan pemerintah puat/daerah
agar upah minimum kabupaten/kota segera dinaikkan bulan depan, plus daftar
tuntutan lainnya.
Jelang
pemilu, muncul ratusan partai politik, dengan platform yang serupa tapi
tak sebentuk. Muncul pula ratusan, bahkan ribuan anak bangsa yang merasa bisa
jadi wakil rakyat. Tanpa malu ada yang menyatakan diri layak jadi RI-1.
Untuk
urusan negara dan daerah jangan coba-coba, dengan pikiran sesaat dan sesat,
ujung-ujungnya menyuburkan tindak pidana korupsi [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar