Halaman

Minggu, 19 Januari 2014

LAIN HATI LAIN MULUT

Minggu, 21/08/2011 11:41

LAIN HATI LAIN MULUT

oleh : Herwin Nur

Puasa di bulan Ramadhan termasuk rukun Islam. Umat Islam melaksanakannya dengan berbagai cara dan acara. Di beberapa daerah, suku bangsa atau kelompok masyarakat nyaris jadi kegiatan ritual tahunan yang didominasi hajat adat. Kesibukan menyambut bulan Ramadhan semakin semarak, ditandai 6 (enam) fenomena : 
 
Pertama, masih di bulan Sya’ban, masyarakat sudah mempersiapkan berbagai tradisi, khususnya tradisi mudik ke kampung kelahiran. Pesan tiket KA secara online atau menginap di stasiun. Tradisi nyekar atau ziarah kubur dilaksanakan sampai berjejal. Membuat dan mengedarkan petasan serta kembang api yang akan disulut saat orang sedang sholat Tarawih. Makanan khas daerah di jual jelang buka puasa. 
 
Kedua, Pemerintah melalui berbagai kementerian terkait sibuk memperbaiki jalan jalur mudik, menambah moda angkutan penyeberangan antar pulau, armada bis diperbanyak, panen raya bagi pengelola angkutan, di samping menghimbau pemudik naik motor. Di lain pihak pasokan BBM menjadi tidak seperti biasanya. 
 
Ketiga, penetapan awal atau tanggal 1 Ramadhan acap menjadi ajang kepentingan politik praktis, sehingga muncul beda pendapat. Antara Pemerintah dengan ormas Islam, atau yang paling menyesakkan justru antar ormas Islam. 
 
Keempat, jam kerja di instansi Pemerintah maupun swasta disesuaikan dengan daya tahan orang yang sedang berpuasa. Tunjangan Hari Raya cukup membuat pusing dan fenomena tersendiri. 
 
Kelima, bagi keluarga yang makan cuma sekali sehari, atau masyarakat yang terbiasa hidup prihatin, sederhana, tirakat maka kalau puasa hanya diartikan sebagai tindak menahan lapar dan haus, bagi mereka tak jadi soal. Tapi bagi mereka yang hidup normal, dengan pola makan bisa sarapan, makan siang dan santap malam. Menghadapi puasa Ramadhan mereka malah membuat rukun berpuasa, yaitu : jadwal makan hanya digeser saja, yaitu waktu sahur dan waktu buka puasa; asupan gizi, kalori, nutrisi kalau bisa diperbanyak agar kuat lapar/dahaga di siang hari; memborong bahan makanan/minuman. 
 
Keenam, sepuluh hari pertama Ramadhan, masjid membludak sampai halaman bahkan jalanan. Melahirkan generasi asmara subuh. 10 hari terakhir, semakin banyaknya jama’ah, sampai mereka milih di rumah atau belanja keperluan hari raya lebaran. Mau tak mau, keenam fenomena di atas mempengaruhi kebutuhan pangan. Hukum ekonomi, kebutuhan meningkat atau pembeli bertambah maka harga akan naik [HaeN]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar