Minggu, 21/08/2011 11:41
LAIN HATI LAIN MULUT
oleh : Herwin Nur
Puasa di bulan Ramadhan termasuk rukun Islam. Umat Islam
melaksanakannya dengan berbagai cara dan acara. Di beberapa daerah, suku
bangsa atau kelompok masyarakat nyaris jadi kegiatan ritual tahunan
yang didominasi hajat adat. Kesibukan menyambut bulan Ramadhan semakin
semarak, ditandai 6 (enam) fenomena :
Pertama, masih di bulan Sya’ban,
masyarakat sudah mempersiapkan berbagai tradisi, khususnya tradisi mudik
ke kampung kelahiran. Pesan tiket KA secara online atau menginap di
stasiun. Tradisi nyekar atau ziarah kubur dilaksanakan sampai berjejal.
Membuat dan mengedarkan petasan serta kembang api yang akan disulut saat
orang sedang sholat Tarawih. Makanan khas daerah di jual jelang buka
puasa.
Kedua, Pemerintah melalui berbagai kementerian terkait sibuk
memperbaiki jalan jalur mudik, menambah moda angkutan penyeberangan
antar pulau, armada bis diperbanyak, panen raya bagi pengelola angkutan,
di samping menghimbau pemudik naik motor. Di lain pihak pasokan BBM
menjadi tidak seperti biasanya.
Ketiga, penetapan awal atau tanggal 1
Ramadhan acap menjadi ajang kepentingan politik praktis, sehingga muncul
beda pendapat. Antara Pemerintah dengan ormas Islam, atau yang paling
menyesakkan justru antar ormas Islam.
Keempat, jam kerja di instansi
Pemerintah maupun swasta disesuaikan dengan daya tahan orang yang sedang
berpuasa. Tunjangan Hari Raya cukup membuat pusing dan fenomena
tersendiri.
Kelima, bagi keluarga yang makan cuma sekali sehari, atau
masyarakat yang terbiasa hidup prihatin, sederhana, tirakat maka kalau
puasa hanya diartikan sebagai tindak menahan lapar dan haus, bagi mereka
tak jadi soal. Tapi bagi mereka yang hidup normal, dengan pola makan
bisa sarapan, makan siang dan santap malam. Menghadapi puasa Ramadhan
mereka malah membuat rukun berpuasa, yaitu : jadwal makan hanya digeser
saja, yaitu waktu sahur dan waktu buka puasa; asupan gizi, kalori,
nutrisi kalau bisa diperbanyak agar kuat lapar/dahaga di siang hari;
memborong bahan makanan/minuman.
Keenam, sepuluh hari pertama Ramadhan,
masjid membludak sampai halaman bahkan jalanan. Melahirkan generasi
asmara subuh. 10 hari terakhir, semakin banyaknya jama’ah, sampai mereka
milih di rumah atau belanja keperluan hari raya lebaran. Mau tak mau,
keenam fenomena di atas mempengaruhi kebutuhan pangan. Hukum ekonomi,
kebutuhan meningkat atau pembeli bertambah maka harga akan naik [HaeN]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar