Halaman

Jumat, 24 Januari 2014

KETIKA SINETRON TANPA LAKON



Senin, 15/12/2003 08:03
KETIKA SINETRON TANPA LAKON
Herwin Nur

Ketika semua pelaku yang bermodal postur tubuh sampai yang bisa menimbulkan ketawa pemirsa telah tampil semua maka seolah kita akan haus hiburan mata. Mendadak hati kita menjadi bersih, walau sudah terkontaminasi oleh jualan dunia mimpi.

Ketika peran telah disajikan sampai lembar skenario terakhir mereka sudah tidak bisa membedakan hidup di alam mimpi atau di dunia khayal. Hidup adalah hafalan dari kata ke kata berikutnya. Hidup adalah improvisasi untuk bisa tertawa dan ditertawakan.

Ketika watak dan karakter cerita telah kehabisan nafas untuk menemukan alur dan babak akhir ternyata hidup ini tidak bisa serial lagi. Semua harus sesuai tuntutan cerita dan arahan sutradara. Perjalanan hidup atau alur cerita menjadi mulus seolah tanpa beban hidup, tanpa perjuangan, tanpa lahan untuk menjulurkan lidah.

Ketika lakon kehidupan ini sudah tidak bisa dimanipulasi ataupun dipolitisir secara elegan maka kehidupan ini sudah tak sesuai skenario zaman. Ada yang ingin kembali ke cerita lama. Ada yang ingin menghidupkan cerita usang. Ada yang ingin mengalihkan hidup ini ke cara hidup tanpa cerita.

Ketika kita dihadapkan kenyataan bahwa pasca Pemilu 2004 akan hadir kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat secara nyata, tanpa embel-embel sepusing apapun. (hn)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar