Jumat,
02/01/2004 06:34
POLITISI HITAM DAN GOLONGAN PUTIH
Herwin Nur
Bak dongeng dunia persilatan dari kolong langit dan tepi bumi, perseteruan
Politisi Hitam dengan Golongan Putih, yang sama-sama sebagai “racun” dalam
pesta demokrasi Pemilu 2004. Mereka datang dari arah berlawanan dan mempunyai
kepentingan yang nyaris bertolak belakang. Paling tidak mereka mempunyai kaitan
historis. Walhasil, keberadaan Golput dipengaruhi eksistensi caleg yang
bernuansa Politisi Hitam.
Sewaktu zaman Orba Politisi Hitam didominasi oleh single mayority,
sedangkan di era Reformasi wabahnya sudah dibagi rata ke parpol penguasa
negara. Bung Akbar Tandjung resah dengan adanya gerakan antipolitisi busuk, karena
sejauh ini sang oknum memang sedang pegang rekor, belum ada yang menandingi
apalagi menyalipnya.
Ada baiknya kawanan yang disinyalir berbau busuk / hitam dipilih saja, biar
nanti mereka saling rebutan. Atau plus tanpa mencoblos tanda gambar parpolnya jadi
tidak syah. Ini bukan himbauan atau ajakan. Kondisi perseteruan kedua kutub
peserta Pemilu 2004 dihadapkan dengan pembanding dari hasil masukan Pemilih
SMS. Terlihat adanya parpol dan capres yang diminati dari kalangan yang tidak
gagap teknologi alias sudah melek teknologi Sambung Mulut Sambung. (hn)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar